Petinggi Disanksi, Venezuela Tarik Diplomat dari Washington

Presiden Venezuela naik pitam karena Obama melanjutkan sanksi Executive Order dan mengatakan negaranya merupakan ancaman bagi AS.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 10 Mar 2016, 15:53 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2016, 15:53 WIB
Venezuela Putuskan Hubungan dengan Panama
Presiden Venezuela Nicolas Maduro (Reuters)

Liputan6.com, Washington DC - Presiden Venezuela, Nicolas Maduro naik pitam kepada AS. Akibatnya ia menarik pulang dubesnya dari Washington DC.

Charge d'affaires --pengganti dubes-- Maximilien Arvelaiz akan segera kembali ke Caracas. Ia sendiri menunggu pengangkatannya jadi pelaksana tugas (plt) dubes AS untuk Venezuela selama berbulan-bulan.

Naik pintam Maduro bukan tanpa alasan. Beberapa hari sebelum ia umumkan penarikan dubes, Presiden AS, Barack Obama memperpanjang Executive Order atau perintah eksekutif berupa sanksi terhadap beberapa petinggi pemerintahan Venezuela dan mendeklarasikan negara di Amerika Selatan itu mengancam keamanan nasional.

Pidatonya yang bertajuk 'rencana anti imperialis' membeberkan bahwa AS memiliki sejarah panjang mengancam kedaulatan Venezuela.

 

"Cukup sudah kesombongan, dominasi, dan segala intrik," kata Presiden Maduro seperti dilansir Reuters, Kamis (10/3/2016).

Ia juga menuduh AS telah merancang sesuatu untuk menjatuhkan pemerintahannya.

Venezuela telah memiliki hubungan 'panas dingin' dengan AS semenjak Hugo Chaves menjadi presiden tahun 1999.

"Terkadang, saya merasa dalam pesawat terbang, dan tiap 5 menit harus mengencangkan sabuk pengaman karena turbulensi," tutur Arvelaiz dalam sebuah wawancara pada Desember tahun 2015 lalu.

Kementerian Luar Negeri AS mengatakan pihaknya belum mendapatkan pemberitahuan resmi tentang penarikan diplomat dari pemerintah Venezuela.

"Kami terus melanjutkan hubungan diplomatik dengan Venezuela dan berniat tetap melanjutkan hubungan di segala sektor termasuk dengan para eksekutifnya," demikian keterangan kementerian.

"AS tetap mendukung demokrasi, stabilitas dan kesejahteraan Venezuela."

Pihak kedutaan AS di Caracas tidak berkomentar atas pidato Maduro.

Dalam keterangan tertulis tentang keberlangsungan sanksi perintah eksekutif, Obama mengatakan ia perlu melakukan itu karena situasi di Venezuela tidak berubah.

"Situasi di Venezuela seperti tertera dalam Executive Order 13692 tidak berubah, termasuk jaminan hak asasi manusia, menghukum pihak lawan dan kebebasan pers, serta menggunakan kekerasan terhadap pemrotes anti-pemerintah," kata Obama.

Venezuela dan AS telah menarik dubesnya satu sama lain pada 2008.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya