Liputan6.com, Bogota - Para perempuan pejuang ini muda, kuat dan tak takut mati. Bahkan kaum pria takut dengan mereka.
Mereka adalah anggota dari Revolutionary Armed Forces of Columbia atau dikenal dengan FARC.
Tentara perempuan FARC terkenal dengan reputasi mengerikan dan tanpa ampun.
Advertisement
Baca Juga
Kendati bergincu dan berkuteks, tentara wanita kelompok pemberontak FARC mengakhiri segala stereotipe tentang perempuan.
"Tentara perempuannya adalah yang paling menakutkan. Jika kalian tertangkap, percayalah, Anda lebih suka ditangkap para pemberontak pria," ujar seorang perwira pasukan khusus yang memberikan keterangan kepada Washington Post.
Gerilyawan perempuan merupakan interogator paling buas dan brutal. "Mereka lebih idealis daripada laki-lakinya, tanpa ampun."
Meskipun perempuan yang turut bergabung dalam pertempuran jarang ditemukan di negara lain, namun hal tersebut sangat umum di Kolombia.
Tentara perempuan FARC mempunyai beragam peran, mulai dari membantu tentara laki-laki dan berlaku sebagai informan. Beberapa dari mereka juga terjun langsung ke zona pertempuran melawan pemerintah bersama dengan para prajurit lelaki.
Mereka diajarkan untuk menggunakan senapan AK-47 dan dilatih untuk membuat ranjau darat.
Di sisi lain, para tentara perempuan itu bertindak layaknya wanita muda lainnya. Mereka mewarnai kuku, mendengarkan lagu Katy Perry, saling bantu menata rambut, dan memiliki rasa kasih sayang.
Salah satu tentara perempuan FARC yang bernama Juliana membagi kisah awal mengapa ia bergabung dengan kelompok itu. Saat umur 16 tahun, ia diperkosa oleh ayah tirinya dan melarikan diri lalu mengikuti jejak pamannya sebagai pemberontak.
Seperti yang dikutip dari Daily Mail, Senin (21/3/2016), di tengah kehidupan keras sebagai gerilyawan ia masih menambahkan sentuhan feminin kepada dirinya, seperti lipstik berwarna merah muda.
Namun, banyak larangan yang diberlakukan pada tentara perempuan itu. Mereka tidak diperbolehkan menikah dan juga hamil. Menurut BBC, telah terjadi 150 kasus aborsi dalam kelompok pemberontak itu.
Pemimpin kelompok tersebut meyakini bahwa dengan hamil membuat kekuatan dan kemampuan bertarung perempuan menjadi lemah. Beberapa dari mereka pada akhirnya keluar dari FARC, setelah kelompok itu dilaporkan mengambil bayinya ketika mereka memilih untuk tidak mengaborsinya.
Diperkirakan terdapat 8.000 pemberontak dan sepertiganya merupakan perempuan, yang bertujuan untuk menanamkan rezim Marxisme.
Konflik 50 Tahun Bakal Berakhir
Konflik terlama di muka Bumi terjadi antara pemerintah Kolombia dengan FARC yang berhaluan kiri. Kelompok pemberontak itu telah berada di sana selama 50 tahun. 200 ribu orang tewas dan 6 juta lainnya tercerai-berai.
Kendati demikian, sejumlah upaya perdamaian mulai dilakukan. Semenjak 2012, baik dari pihak FARC maupun Presiden Kolombia, Juan Manuel Santos sepakat mengkahiri konflik berusia setengah abad itu lewat dialog yang ditengahi oleh Norwegia, Kuba dan disponsori oleh Chile dan Venezuela.
Setelah dialog perdamaian berlangsung damai, Dewan keamanan PBB membangun misi politik di Kolombia. Mereka menyetujui rencana tim pengamat internasional untuk memantau gencatan senjata antara Pemerintah Bogota dengan FARC pada 23 Maret 2016 nanti.
Anggota gerilywana FARC akan bertemu John Kerry, Menteri Luar Negeri AS. Seperti yang dikutip dari The Telegraph, Senin (21/3/2016), pertemuan tersebut menjadi yang pertama kalinya seorang Menteri Luar Negeri AS menemui negosiator dari FARC, yang telah berbicara mengenai perdamaian dengan pemerintah Kolombia di Havana selama lebih dari 3 tahun.
Sebuah sumber dari Kantor Komisaris Tinggi untuk Perdamaian dan sumber terpercaya lainnya mengatakan, pertemuan itu sudah dikonfrimasi dan hal itu akan dilakukan pada Senin.
Baik negosiator dari kelompok pemberontak dan pemerintah Kolombia akan mengikuti pertandingan antara tim baseball Tampa Ray dan Timnas Kuba pada Selasa. Pertandingan tersebut juga akan dihadiri oleh Barack Obama, di mana ia menjadi Presiden Amerika pertama yang mengunjungi Kuba selama 88 tahun terakhir.
Advertisement