Berantas ISIS, Obama Kirim 250 Tentara Tambahan ke Suriah

Sebanyak 250 anggota dari AS ke Suriah, sebagian besar adalah personel tambahan tergabung dalam pasukan operasi khusus.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 25 Apr 2016, 10:37 WIB
Diterbitkan 25 Apr 2016, 10:37 WIB
20160112-Pidato Kenegaraan Terakhir Presiden Obama di Depan Kongres-Washington
Presiden AS, Barack Obama melambaikan tangan seusai menyampaikan pidato kenegaraan tahunan di hadapan parlemen di Washington, Selasa (12/1). Pidato ini merupakan pidato SOTU terakhir Obama setelah menjabat selama dua periode. (REUTERS/Evan Vucci/Pool)

Liputan6.com, Aleppo - Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama dilaporkan mengirim 250 personel militer tambahan untuk Suriah. Langkah itu diambil untuk mendukung milisi lokal memerangi ISIS.

"Tujuannya untuk mendorong orang-orang Sunni Arab untuk bergabung dengan pejuang Kurdi di timur laut Suriah memberangus ISIS," kata otoritas setempat seperti dikutip dari BBC, Senin (25/4/2016).

Pengerahan anggota terbaru itu menjadikan jumlah pasukan non-tempur AS di Suriah menjadi 300 orang.  

Dalam wawancara dengan BBC, Obama menyatakan saat ini tengah mengesampingkan pengiriman pasukan darat di sana. "Upaya militer (untuk bertempur) saja tidak bisa memecahkan situasi kompleks Suriah yang memilukan," ucap Obama.

Sebanyak 250 anggota kiriman AS itu sebagian besar adalah personel tambahan, yang tergabung dalam pasukan operasi khusus. Termasuk pasukan medis dan logistik.

Diperkirakan Obama akan menyampaikan pengumuman baru, setelah kunjungannya ke Hannover pada hari Senin ini. Ia dijadwalkan membahas isu-isu kebijakan luar negeri dan konflik Suriah dengan para pemimpin dari Inggris, Jerman, Prancis, dan Italia.

Sebelumnya pada Minggu 24 April, Obama mengatakan sangat prihatin atas gelombang kekerasan di Suriah di mana oposisi menuduh pemerintah melanggar gencatan senjata yang ditengahi oleh Amerika Serikat dan Rusia.

ISIS dilaporkan telah kehilangan kekuasaan di wilayah Suriah. Baru-baru ini, mereka berhasil diusir pasukan Suriah yang didukung Rusia dari kota strategis Palmyra.

Kelompok militan itu juga disebut-sebut tengah mengalami kemunduran yang signifikan di Irak, termasuk hilangnya Ramadi, ibu kota provinsi Anbar dari kekuasaan mereka.

Sejauh ini AS memimpin koalisi terhadap kelompok militan itu di Suriah dan Irak.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya