Liputan6.com, Moskow - Restoran legendaris, Aragvi yang sejak awal didirikan sebagai tempat berkumpulnya agen intelijen Rusia -- NKVD lalu berganti nama menjadi KGB -- kembali dibuka setelah proyek restorasi yang menelan biaya sebesar US$ 20 juta atau setara dengan dengan Rp 273 miliar selesai dilakukan.
Tempat makan kelas atas dengan desain yang menonjolkan kemegahan Rusia itu tak hanya tercatat dalam literatur Negeri Beruang Merah, namun juga pernah tampil dalam sejumlah film layar lebar.
Baca Juga
"Di Rusia, jika menyebut sajian ayam Aragvi yang tersohor itu -- yang dibakar dengan kacang dan bawang putih, anda dapat masuk dalam kategori masyarakat creme de la creme -- idiom dalam bahasa Prancis yang artinya 'best of best'," ujar Nelli Maximova, seorang pensiunan penerjemah yang merupakan pelanggan di restoran itu seperti dikutip Daily Mail, Rabu (25/5/2016).
Ditambahkan Nelli, sajian ayam bernama 'satsivi' di restoran yang dibuka pada tahun 1938 itu benar-benar lezat.
Pembawa acara televisi yang juga menulis buku tentang gaya hidup di Uni Soviet, Leonid Parfyonof, mengatakan, pada era Stalin, makanan etnik Georgia disajikan di Kremlin dan dipandang sebagai makanan raja Rusia.
Advertisement
"Bahkan setelah kematian Stalin, dalam tradisi kuliner Soviet yang tidak terlalu istimewa, tradisi anggur dan rempah-rempah Georgia membawa nafas joie de vivre -- frasa Prancis yang berarti 'kegembiraan hidup'," tutur Leonid.
Aragvi populer pada 1960-an, tepatnya ketika Uni Soviet berada di bawah kepemimpinan Nikita Khrushchev yang dikenal dengan periode 'Thaw' -- masa di mana sensor dan represi berakhir. Sejak saat itu, restoran ini menarik minat banyak pengunjung mulai dari seniman bohemian hingga para aktor.
Pada era itu pengunjung harus membayar sepersepuluh dari upah mereka untuk dapat merasakan pengalaman bersantap di antara seniman, kosmonot, para pembuat film, dan juara catur terkenal.
Pada tahun 1943, penyair terkenal Sergey Mikhalkov diketahui tengah berada di Aragvi ketika ia mendapat ide menulis lirik lagu nasional Uni Soviet yang melontarkan pujian terhadap Stalin. Pasca jatuhnya Uni Soviet pada 1991, restoran milik negara itu diprivatisasi dan sempat beberapa kali berpindah tangan sebelum akhirnya dilaporkan tutup pada tahun 2003.
Pemilik baru restoran, Tashir group and Gor Nakhapetyan, mengatakan mereka ingin menghidupkan kembali legenda Uni Soviet itu.
"Tentu saja kami ingin menghidupkan nostalgia zaman dulu," ujar Nakhapetian yang tumbuh di Armenia.
Terdapat sejumlah menu baru yang disajikan di Aragvi, seperti misalnya makanan klasik ala Georgia, khinkali dan khachapuri, yakni roti dengan topping keju. Pada era Stalin, restoran itu memiliki sejumlah bahan makanan penting.
Nama Aragvi diambil dari nama sebuah sungai di Georgia. Sungai itu terletak di dalam bekas hotel di mana dua penulis terkenal Rusia, Leo Tolstoy dan Anton Chekhov pernah tinggal.
Tempat Makan Sekaligus 'Kantor' Intelijen
Aragvi pertama kali dibuka atas prakarsa petinggi KGB, Lavrenty Beria. Tak hanya berfungsi sebagai restoran semata, namun tempat itu juga menjadi 'kantor' bagi agen KGB di mana mereka melakukan kegiatan perekrutan.
Ruang makan di restoran itu dipenuhi dengan mikrofon tersembunyi. Seorang mantan agen KGB, Mikhail Lyubimov mengungkap cerita lain Aragvi.
"Bagi agen KGB, Aragvi adalah tempat favorit untuk melakukan perekrutan. Tempat itu juga dipakai untuk mengadakan pesta perpisahan bagi agen intelijen yang akan bertugas ke luar negeri," ujar Mikhail Lyubimov yang sekarang menjadi penulis.
Mikhail mengatakan, ia ingat pada tahun 1960 ditugaskan untuk pergi ke Aragvi, menemui dua anggota baru di departemennya.
"Sementara itu, pada suatu malam seorang pemuda yang mabuk mengajak seorang wanita cantik menari, tidak menyadari bahwa perempuan itu adalah mata-mata AS dan sedang dibuntuti oleh KGB," kata Mikhail sembari tertawa mengingat kejadian itu.
Ditambahkan pria itu, seluruh staf di restoran Aragvi yang terletak di Jalan Tverskaya, Moskow ini adalah pensiunan perwira KGB.