30-5-1981: Presiden Bangladesh Tewas Dihujani Peluru Pemberontak

Sekelompok orang bersenjata menyelinap masuk ke dalam istana dan membuat keonaran yang berujung pada terbunuhnya Presiden Zia.

oleh Rasheed Gunawan diperbarui 30 Mei 2016, 06:00 WIB
Diterbitkan 30 Mei 2016, 06:00 WIB
30-5-1981: Presiden Bangladesh Tewas Dihujani Peluru Pemberontak
Sekelompok orang bersenjata menyelinak masuk ke dalam istana dan membuat keonaran (BBC).

Liputan6.com, Dhaka - 30 Mei 1981 menjadi hari yang mencekam di Istana Kepresidenan Bangladesh, di Chittagong. Sekelompok pemberontak datang menyerbu dan memberondong Presiden Bangladesh Zia Rahman dengan tembakan.

Waktu itu, matahari belum terbit, di waktu fajar pukul 04.30 waktu setempat, sekelompok orang bersenjata merangsek masuk ke istana. Tim keamanan istana mencoba menghadang, namun gagal. Presiden Zia yang tengah beristirahat mencoba keluar, mencari tahu apa yang sedang terjadi di luar.

Baru saja membuka pintu, Pak Presiden langsung diberondong senjata api. Sang Kepala Negara tak berkutik, terkulai jatuh di lantai dengan sejumlah luka tembak di tubuhnya. Tak lama, ia menghembuskan nafas terakhir.

Selain Presiden Zia, tujuh orang lainnya juga meregang nyawa, termasuk petugas keamanan istana dan ajudan presiden. Demikian seperti dikutip dari BBC on This Day, Senin (30/5/2016).

Diduga kuat serangan tersebut merupakan aksi balas setelah pasukan pemerintah berhasil memukul mundur kelompok pemberontak di Kota Chittagong.

Pemimpin pemberontak Jenderal Manzur Ahmed melarikan diri, kala itu. Namun kabar lain menyebut Manzur telah ditangkap tentara pemerintah.

Setelah penyerangan di istana, pemberontak menyatakan akan melakukan revolusi dan membentuk pemerintahan baru. Namun nyatanya gagal, lantaran pihak tentara tetap loyal pada pemerintahan Presiden Zia dan para pembantunya.

"Istana dan kota diobrak-abrik oleh para pecundang," kata juru bicara pemerintah, menegaskan pihaknya tetap solid menghadang pemberontakan dan menolak revolusi.

Petugas Pelaksana Presiden Abdus Sattar langsung ambil alih pemerintahan, dan menyatakan negara dalam kondisi darurat dan negara tetapkan status berduka selama 40 hari.

Dia juga menegaskan agar pihak pemberontak, Jenderal Manzur dan kawan-kawan menyerah.

Presiden Zia berpulang dengan meninggalkan banyak kenangan bagi rakyatnya. Selama enam tahun menjadi Presiden Bangladesh, dia merupakan sosok yang dikagumi masyarakat. Tak pelak, proses pemakamannya membludak dipenuhi warga.

Beberapa bulan kemudian, tentara pemerintah berhasil menangkap kelompok pemberontak yang membunuh Presiden Zia. Mereka diproses ke persidangan dan dijatuhi hukuman mati, termasuk sang pemimpin Jenderal Manzur.

Sejarah lain mencatat pada 30 Mei 2012, Mantan Presiden Liberia Charles Taylor dijatuhi hukuman 50 tahun penjara atas kejahatan perang Sierra Leone. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya