Liputan6.com, Washington, DC - Presiden AS Barack Obama dalam keterangannya mengatakan telah meminta lembaga hukum federal untuk menginvestigasi apakah penembakan massal di Orlando -- di sebuah klub LGBT -- merupakan aksi terorisme.
"Kita sudah cukup tahu bahwa ini adalah aksi teror dan kebencian," kata Obama di Gedung Putih seperti dilansir dari CNN, Senin (13/6/2016).
"FBI kini tengah menyelidiki aksi teror tersebut. Dan kita harus tahu, apa pun itu, pelaku melakukan aksinya dengan penuh kebencian," ujar Obama.
Advertisement
Setidaknya 50 orang tewas dan 53 lainnya terluka di penembakan Orlando adalah yang terburuk dalam sejarah AS.
Obama mengungkapkan, "Penembakan itu merupakan hal paling menyedihkan bagi teman-teman kita yang lesbian, gay, biseksual dan transgender."
"Ini peringatan paling menyedihkan bagi warga Amerika, tak terkecuali ras, etnis, agama, dan orientasi seksual, bahwa penyerangan ini jelas menyerang kita semua. Terlebih, telah menyerang fundamental paling dasar AS," ujar Obama lagi.
"Dan tak ada satu pun aksi teror akan mengubah kita beserta nilai-nilai Amerika," tegas Obama dalam pidatonya.
Obama juga menyinggung kebijakan kontrol senjata karena ia mengeluarkan isu lain tentang pengetatan kepemilikan senjata.
"Pembantaian ini adalah pengingat lebih lanjut tentang bagaimana mudahnya bagi seseorang untuk mendapatkan senjata yang memungkinkan mereka untuk menembak orang," tutur Obama seraya membuat referensi untuk penembakan sebelumnya di sekolah seperti Newtown, Connecticut, gereja-gereja seperti Charleston, Carolina Selatan, dan bioskop seperti Aurora, Colorado.
"Kami harus memutuskan apakah itu jenis negara kita inginkan. Dan memiliki kebijakan yang tak melakukan apa pun," katanya.
Senin ini, Obama akan diberitahu hasil penyelidikan penembakan massal Orlando dari Direktur FBI James Comey, Sekretaris Departemen Keamanan Dalam Negeri Jeh Johnson, Nicholas Rasmussen serta Direktur Pusat Kontra Terorisme Nasional, dan Wakil Jaksa Agung Sally Yates.