Liputan6.com, London - Kelompok Tentara Republik Irlandia (IRA) menebar teror. Kelompok tersebut meledakkan sebuah bom di gedung parlemen Inggris, Westminster Hall.
Ledakan tersebut membuat kerusakan besar. Meski tak ada korban jiwa, 11 orang diketahui menderita luka-luka.
Baca Juga
Dari keterangan Kepolisian London, Kelompok IRA menanam bahan peledak seberat 91 kilogram. Bom tersebut diletakkan di bagian pojok gedung Westminster Hall.
Advertisement
Baca Juga
Ledakan itu menjadi sejarah besar bagi warga Inggris. Pasalnya, kelompok IRA melakukan aksinya di gedung dengan penjagaan terketat di seantero Inggris Raya.
Ledakan tersebut tak cuma membuat kerusakan. Parahnya lagi, beberapa bagian gedung terbakar api.
Enam menit sebelum bom meledak, seseorang dengan aksen Irlandia kental sempat menelpon kantor berita Inggris, Press Assocation. Polisi menduga kuat aksi tersebut merupakan sandi rahasia sebelum aksi dilancarkan.
Beberapa anggota parlemen -- sesaat setelah ledakan -- menyatakan peristiwa tersebut sangat lah buruk. Sebab, kelompok IRA terang-terang mengincar anggota parlemen Inggris.
"Tidak ada orang yang mengira Dewan Rakyat Inggris Raya akan jadi target. Oleh sebab itu, pengamanan di sini dilakukan secara kasual," sebut mantan anggota Parlemen dari Partai Buruh, Tam Dalyell, seperti dikutip dari BBC, Jumat (17/6/2016).
Merespons serangan IRA Ketua Dewan Rakyat Inggris Raya, Edward Short segera angkat bicara. Aksi teror tak akan mengganggu kegiatan atau mengintimidasi Parlemen.
Sementara itu, di di tanggal yang sama pada 1958, Pemimpin serta mantan Perdana Menteri Hungaria, Imre Nagy dieksekusi di negaranya.
Pada 2013, ulama moderat Iran Hassan Rouhani terpilih jadi Presiden. Dirinya menggantikan Presiden sebelumnya, Mahmoud Ahmadinejad.