Pemerintah Turki Klaim Gagalkan 'Kudeta Jumat Malam'

Pada Sabtu dinihari, pemerintahan Recep Tayyip Erdogan mengklaim mereka telah mengendalikan situasi di Turki.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 16 Jul 2016, 07:40 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2016, 07:40 WIB
Jembatan Bosphorus telah ditutup oleh militer Turki yang melakukan kudeta terhadap Presiden Recep Tayyip Erdogan sementara korban berjatuhan dari pihak polisi yang mendukung pemerintah
Jembatan Bosphorus telah ditutup oleh militer Turki yang melakukan kudeta terhadap Presiden Recep Tayyip Erdogan sementara korban berjatuhan dari pihak polisi yang mendukung pemerintah (Abc News)

Liputan6.com, Ankara - Kendaraan militer terbang rendah di Ankara, tentara dan tank dikerahkan ke jalanan Istanbul, tembakan dilepaskan, suara ledakan terdengar. Bentrok pun terjadi antara demonstran dan tentara. Pada Jumat malam 15 Juli 2016 dinihari, upaya kudeta terjadi di Turki.

Pada Sabtu dinihari, pemerintahan Recep Tayyip Erdogan mengklaim mereka telah mengendalikan situasi.

"Badan Intelijen Nasional (National Intelligence Unit) baru saja mengumumkan bahwa kudeta telah digagalkan," kata Rinuh Yilmaz, juru bicara lembaga tersebut kepada CNN Turk.

Namun, video dan foto dramatis yang tersebar di dunia maya memberikan gambaran berbeda tentang apa yang terjadi di negara tersebut. Konfrontasi terus terjadi antara pihak militer dan demonstran.

Dunia internasional memutuskan untuk terus memantau dan menunggu apa yang terjadi di Turki.

"Sejumlah elemen Angkatan Udara dan polisi Gendarmerie berupaya melakukan kudeta," kata pejabat senior Turki kepada CNN, seperti dikutip pada Sabtu (16/7/2016).

"Komandan angkatan laut dan para jenderal yang bertanggung jawab atas Divisi Pertama Angkatan Darat (First Division) telah menyatakan menentang kudeta.

Pihak pemerintah menyebut, penarikan tank yang digunakan pihak pemberontak dari bandara dan rakyat yang turun ke jalan mendukung pemerintahan demokratis, menjadi bukti bahwa kudeta gagal total.

"Kami tidak meyakini bahwa (kudeta) ini sudah direncanakan sejak lama," kata sumber tersebut, menambahkan bahwa PM Turki Binali Yildirim dalam kondisi aman di Ankara.

Sementara itu, kantor berita pemerintah The Turkish Radio and Television Corporation (TRT) yang sempat diduduki kembali diambil alih pemerintah.

Tijen Karas, penyiar yang dipaksa membacakan pernyataan kudeta menceritakan apa yang terjadi di medianya.

"Kami diduduki. Saya dipaksa oleh sejumlah oknum militer bersenjata. Mereka mengatakan tak akan tindakan berbahaya jika kami melakukan apa yang diminta," kata dia.

Sebelumnya, Presiden Turki  Recep Tayyip Erdogan terpaksa menggunakan iPhone untuk bicara pada rakyatnya di tengah upaya kudeta.

Ia menggunakan FaceTime dalam wawancara dengan CNN Turk pada Sabtu dini hari pukul 00.24.

"Turun ke jalan dan beri mereka jawaban," kata Erdogan dari layar ponsel yang dipegang penyiar. "Saya akan datang ke alun-alun Ankara."

Meski belum tentu menggulingkan pemerintahan, kudeta di Turki memicu situasi panik. Anggota parlemen Turki mengaku, tiga bom dilemparkan di luar gedung DPR di Ankara.

Secara terpisah, Sekretaris Jendera NATO Jens Stoltenberg dalam pernyataannya mengatakan, ia baru berbincang dengan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu.

"Saya memantau perkembangan di Turki secara dekat, dengan penuh kekhawatiran. Saya meminta semua pihak tetap tenang, menahan diri, dan menghargai institusi demokratis dan konstitusi di negara tersebut," kata dia. "Turki adalah sekutu berharga bagi NATO."

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya