Dua Perempuan 'Paling Berkuasa' di Dunia Bahas Soal Brexit

Theresa May dan Angele Merkel adalah perempuan hebat yang saat ini memimpin negara besar.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 21 Jul 2016, 11:39 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2016, 11:39 WIB
PM Inggris Theresa May dan Kanselir Jerman Angela Merkel
PM Inggris Theresa May dan Kanselir Jerman Angela Merkel (Standard)

Liputan6.com, Berlin - Perdana Menteri (PM) Inggris Theresa May memulai lawatan luar negeri perdananya ke sejumlah negara Eropa. Jerman dipilih sebagai negara pertama yang ia datangi.

Usai bertemu dengan Kanselir Angela Merkel, ia menegaskan pihaknya tidak akan memulai negosiasi Brexit pada tahun ini. PM May juga menjelaskan bagaimana Inggris kelak memosisikan diri terhadap Uni Eropa (UE).

Menurut PM May, Inggris tidak akan 'pergi jauh' dari UE dan ingin mempertahankan 'hubungan ekonomi yang sudah terjalin sangat dekat'. Britania Raya juga tidak terburu-buru memulai proses Brexit sampai memiliki 'tujuan yang jelas' kendati menurut May sebagian orang tidak menyukai keputusan ini.

PM May tidak memungkiri bahwa proses Brexit membutuhkan 'kerja yang serius dan rinci', tapi ia bertekad untuk menjaga hubungan perdagangan, ekonomi, dan keamanan yang kuat dengan Jerman. Ia menggambarkan negara pimpinan Merkel ini sebagai 'mitra penting dan teman yang istimewa'.

"Tentu saja, hubungan kedua negara akan berubah ketika Inggris meninggalkan UE, tapi kita ingin mempertahankan hubungan ekonomi yang sudah terjalin sangat erat antara kedua negara dan saya percaya ini juga diinginkan komunitas bisnis kedua negara," tegas PM May seperti dilansir BBC, Kamis (21/7/2016).

May yang pertama kali bertemu Merkel dalam kapasitasnya sebagai PM menggambarkan mereka adalah dua orang perempuan yang ingin 'melanjutkan pekerjaan dan memberikan hasil terbaik bagi rakyat Inggris dan Jerman'.

Sementara itu, Kanselir Merkel mengatakan alasan Inggris yang menyebutkan bahwa Brexit membutuhkan waktu dapat 'dimengerti'. Meski demikian menurutnya tetap harus ada kepastian waktu.

"Kita harus mendengarkan apa yang diinginkan Inggris dan menemukan jawabannya. Inggris tidak ingin kebuntuan, Jerman dan UE juga tidak menginginkan hal yang sama," tegas Merkel.

Merkel yang masuk dalam jajaran perempuan paling berpengaruh di dunia itu menambahkan, kedua negara memiliki 'keyakinan dan nilai-nilai yang sama' dan ia bertekad untuk melanjutkan hubungan Anglo-Jerman dengan 'semangat persatuan dan persahabatan'.

"Pembicaraan keduanya (May dan Merkel) baik secara bilateral maupun saat makan malam mengalir dengan bebas. Mereka memiliki hubungan pribadi dan komunikasi keduanya sekarang terbuka," ujar salah satu sumber di Downing Street.

Dalam kunjungannya ke Jerman, May tak lupa memberikan kado kepada Merkel yang belum lama ini berulang tahun ke-62. PM Inggris itu menghadiahi Merkel buku Coast To Coast With Wainwright karya Alfred Wainwright dan Great Mountain Days In Snowdonia.

Kedua pemimpin perempuan ini dikenal dekat dengan alam. Merkel disebut sering berlibur di South Tyrol yang terletak di utara Italia sementara May menikmati hiking di Pengunungan Alpen.

Setelah mengunjungi Jerman, PM May akan bertolak ke Prancis untuk bertatap muka dengan Presiden Francois Hollande. Dan Oktober mendatang, May dijadwalkan akan bertemu dengan seluruh pemimpin UE lainnya dalam pertemuan Dewan Eropa.

May baru menduduki kursi PM kurang lebih sepekan lalu. Meski berasal dari kubu Remain yang tidak menginginkan Brexit, namun ia berjanji akan membawa Inggris keluar dari UE dengan sukses.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya