Liputan6.com, Ankara - Perdana Menteri Turki Binali Yildirim menyampaikan kabar baik bagi warganya. Ia mengatakan, pemberontak Suriah yang didukung oleh militer telah mengusir semua organisasi teroris dari tanah Suriah yang berbatasan dengan Turki.
"Kehadiran ISIS di perbatasan itu telah berakhir," kata badan pengawas di sana seperti dikutip dari BBC, Senin (5/9/2016).
Baca Juga
Pihak Turki juga memotong jalur pasokan ISIS untuk 'mengimpor' militan dan senjata.
Advertisement
Secara terpisah, pasukan pemerintah Suriah merebut kembali bagian dari Aleppo dari pemberontak bulan Agustus lalu.
PM Yildirim membuat pengumuman tentang keberhasilan militer Ankara dalam pidato televisi pada Minggu 4 September 2016.
"Terima kasih Tuhan, hari ini, dari Azaz ke Jarablus, 91 km garis perbatasan kami dengan Suriah telah sepenuhnya terjamin," ucap PM Yildrim.
"Semua organisasi teroris telah dipukul mundur -- mereka sudah pergi."
Selain ISIS, Turki menganggap kelompok Kurdi, People's Protection Units atau YPG sebagai kelompok teroris. Mesi YPG yang didukung oleh koalisi pimpinan AS, telah merebut wilayah di utara Suriah dari tangan ISIS.
"Turki tidak akan mengizinkan pembentukan sebuah negara buatan di utara Suriah," tutur Yildirim.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris mengatakan, pemberontak dan faksi-faksi Islam yang didukung oleh tank Turki dan pesawat tempur telah merebut beberapa desa di perbatasan antara Turki dan Suriah. "ISIS menarik diri dan mengakhiri kehadirannya di perbatasan itu," imbuh badan tersebut.
Juga pada hari Minggu, menurut badan tersebut, pasukan pemerintah Suriah menyatakan berhasil menguasai distrik yang dikuasai pemberontak di timur Aleppo.
Dari laporan yang beredar disebutkan bahwa pasukan pemerintah telah merebut kembali dua situs akademi militer di selatan kota itu. Tak hanya itu, mereka juga memutuskan jalur suplai bagi para pemberontak yang baru-baru ini didirikan.
Langkah pemerintah Turki didukung oleh serangan udara Suriah dan Rusia.
Ada sekitar 250.000 warga sipil yang tinggal di wilayah yang dikuasai pemberontak di kota itu.
Jalur suplai singkat yang didirikan oleh pemberontak awal bulan Agustus lalu membiarkan beberapa barang ke daerah tetapi lembaga bantuan telah mampu mencapai populasi.
Sementara itu, Presiden AS Barack Obama mengatakan pada Minggu, bahwa AS dan Rusia sedang berjuang untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata di Suriah.
"Kami memiliki perbedaan pandangan dengan Rusia... kami mendukung termasuk proses yang diperlukan untuk mewujudkan perdamaian di Suriah," ucap Obama pada pertemuan G20 di China.