Rusia-AS Sepakat Lakukan Gencatan Senjata di Suriah

Gencatan senjata di Suriah rencananya akan dimulai pada Senin 12 September besok.

oleh Citra Dewi diperbarui 10 Sep 2016, 10:30 WIB
Diterbitkan 10 Sep 2016, 10:30 WIB
Sergei Lavrov (kiri) dan John Kerry menuju ruang rapat di Jenewa, Swiss, untuk membahas krisis di Suriah
Sergei Lavrov (kiri) dan John Kerry menuju ruang rapat di Jenewa, Swiss, untuk membahas krisis di Suriah (Reuters)

Liputan6.com, Jenewa - Rusia dan Amerika Serikat telah mengumumkan kesepakatan untuk melakukan gencatan senjata di Suriah. Rencananya langkah itu akan dimulai pada Senin 12 September waktu setempat.

Berdasarkan rencana tersebut, Pemerintah Suriah juga akan mengakhiri pertempuran di daerah tertentu yang dikuasai oleh pihak oposisi.

Pengumuman tersebut merupakan tindak lanjut dari hasil diskusi yang dilakukan oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) AS John Kerry, dengan Menlu Rusia Sergei Lavrov di Jenewa, Swiss.

"Hari ini kita mengumumkan kesepakatan yang menurut kami memiliki kemampuan untuk diterima, namun itu tergantung pada pilihan rakyat," ujar Kerry seperti dilansir CNN, Sabtu (10/9/2016).

Kerry menambahkan, rencana tersebut membutuhkan kesepakatan antara Pemerintah Suriah dengan pihak oposisi untuk memenuhi kewajiban mereka.

Sementara itu Lavrov mengatakan, Rusia telah memberi tahu Pemerintah Suriah tentang rencana tersebut. Rezim Assad pun menyatakan kesiapannya untuk memenuhi kesepakatan itu.

Dikutip dari BBC, Sabtu (10/9/2016), tujuh hari setelah dilakukan gencatan senjata, Rusia dan AS akan membentuk "pusat implementasi bersama" guna memerangi ISIS dan militan Front Al-Nusra.

Ledakan Bom klorin melukai 80 warga sipil di Kota Allepo, Suriah.

Menlu Rusia itu menambahkan, Angkatan Udara Rusia dan AS juga akan melakukan serangan terkoordinasi terhadap teroris, di mana di sejumlah wilayah tak melibatkan pasukan Pemerintah Suriah.

"Kami telah sepakat di daerah di mana serangan terkoordinasi itu akan dilakukan, dan di area tersebut, dalam perjanjian netral yang juga bersama-sama dijalankan oleh Pemerintah Suriah, hanya Angkatan Udara Rusia dan AS saja yang dapat beroperasi," kata Lavrov.

"(Namun) Angkatan Udara Suriah dapat beroperasi di wilayah lain, di luar daerah yang telah kita pilih untuk dilakukan kerjasama militer Rusia-Amerika," Lavrov menambahkan.

Menanggapi rencana tersebut, koresponden diplomatik BBC James Landale mengatakan kesepakatan itu sangat kompleks. Namun Lavrov dan Kerry menekankan, rencana itu dapat membuka jalan adanya transisi politik.

Utusan PBB untuk Suriah Staffan de Mistura, menyambut kesepakatan tersebut dan mengatakan bahwa PBB akan mengerahkan segala upaya untuk memberikan bantuan kemanusiaan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya