Erdogan: AS Seharusnya Tak Melindungi Fethullah Gulen

Ulama Fethullah Gulen yang saat ini tinggal di AS dituding Erdogan sebagai otak dari kudeta.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 20 Sep 2016, 13:19 WIB
Diterbitkan 20 Sep 2016, 13:19 WIB
PM Turki Recep Tayyip Erdogan
Perdana Menteri (PM) Turki Recep Tayyip Erdogan (Guardianlv.com)

Liputan6.com, Ankara- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melontarkan kritikan keras terhadap Amerika Serikat. Erdogan diketahui baru saja lolos dari upaya kudeta pada Juli lalu.

Menurut pemimpin Partai AKP tersebut, AS telah melakukan hal tak pantas. Yaitu melindungi individu yang diduga sebagai otak kudeta, Fethullah Gulen.

"AS seharusnya tidak memberikan perlindungan bagi teroris seperti Gullen," ucap Erdogan seperti dikutip dari Reuters, Selasa (20/9/2016).

Ia menegaskan sama sekali tak ada alasan tepat bagi AS, untuk tetap membiarkan Gullen. Sebab, di Negeri Paman Sam, ulama tersebut diduga mengumpulkan anggota untuk melawan Pemerintah Turki saat ini.

"Jika AS adalah sekutu strategis kami dan rekan NATO kami, tidak mungkin mereka membiarkan Gullen dan organisasinya berjalan," papar dia.

Selain soal Gullen, Erdogan juga angkat bicara terkait kondisi terkini negaranya. Dia menegaskan, status darurat selama tiga bulan akan diperpanjang oleh parlemen.

"Bisa diperpanjang selama tiga bulan ke depan atau sebulan, tapi semua itu diserahkan kepada parlemen kami," sebutnya.

Gullen sendiri, sudah tinggal di AS sejak 1999. Ia berada jauh dari negaranya karena diasingkan Pemerintah Turki atas alasan politik.

Terkait kudeta yang terjadi di Turki, Gullen menegaskan sama sekali tidak terlibat. Tuduhan yang dialamatkan kepadanya, ia anggap sebagai fitnah.

AS pun bukanya tak mau mendengar permintaan Turki. Negara tersebut menyatakan siap mengekstradisi Gullen jika bukti-bukti keterlibatan pria tersebut dalam kudeta kuat.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya