Ternyata Manusia Juga Berbulu 'Lebat' seperti Simpanse

Jika diperhatikan dengan saksama, tubuh kita diselimuti bulu halus yang kepadatannya sama dengan simpanse.

oleh Citra Dewi diperbarui 10 Okt 2016, 06:17 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2016, 06:17 WIB
Ternyata manusia memiliki kepadatan rambut tubuh yang sama dengan simpanse
Ternyata manusia memiliki kepadatan rambut tubuh yang sama dengan simpanse (Reuters)

Liputan6.com, Philadelphia - Ketika dilihat sekilas, bagian bawah tangan manusia tampak tak memiliki bulu. Namun jika dilihat lebih dekat, Anda akan melihat rambut kecil dan tak berwarna.

"Kita sebenarnya sangat-sangat dipenuhi rambut," ujar asisten profesor genetik di University of Pennsylvania, Yana Kamberov.

Kamberov menambahkan, dahi, telinga, bahkan sisi bawah tangan manusia tertutup rambut kecil yang disebut rambut vellus. Menurutnya, satu-satunya bagian tubuh manusia yang tak memiliki rambut adalah telapak tangan dan kaki, bibir, dan puting.

Menurut Kamberov, berdasarkan penelitian yang membandingkan kepadatan rambut antara manusia dan simpanse, pada dasarnya tubuh kita dipenuhi bulu layaknya hewan tersebut. Demikian seperti dikutip dari Live Science, Senin (10/10/2016).

Tak seperti simpanse yang tertutupi rambut hitam panjang mudah dilihat, bulu manusia kurang terlihat karena sangat kecil dan tidak berwarna.

Sekitar 2 juta tahun lalu, adaptasi membuat genus Homo mengecilkan rambut pada tubuhnya. Sebagai tambahan, adaptasi tersebut meningkatkan jumlah kelenjar keringat ekrin, yakni kelenjar yang hanya terdapat di telapak tangan dan kaki.

"Kepadatan kelenjar itu meningkat tajam, jadi jika Anda melihat kepadatan relatif kelenjar ini pada seorang manusia dan simpanse dan kera, kepadatan kita jauh lebih tinggi daripada apa yang Anda duga...," kata Kamberov.

Manusia telah berkembang dari jaman manusia gua dan ada beberapa bagian tubuh yang merupakan kelebihan untuk kebutuhan kita. (Sumber telegraph.co.uk)

Adaptasi itu membantu Homo menjadi pelari jarak jauh luar biasa. Sebagian besar hewan perlu beristirahat saat berlari lama untuk mendinginkan suhu badan dengan terengah-engah.

Misalnya kuda, ia tak bisa terengah-engah ketika sedang berderap. Sebaliknya, manusia bisa lari jarak jauh, bahkan melakukan maraton tanpa harus berhenti karena kita dapat mendinginkan suhu tubuh dengan berkeringat melalui kelenjar keringat ekrin yang jumlahnya banyak.

Jika tubuh manusia memiliki bulu lebat seperti simpanse, keringat hanya akan membasahi rambut, bukan kulit. Ketika hampir seluruh rambut di badan kita mengecil, keringat akan membasahi kulit, membuatnya dingin, dan menguap. Hal tersebut membuat manusia dapat berjalan, menanjak, atau berlari tanpa membuat tubuh terlalu panas.

Lalu, mengapa tidak semua rambut manusia mengecil?

Jawabannya berkaitan dengan pubertas, ujar Kamberov. Ketika manusia mengalami pubertas, hormon androgen memicu rambut vellus menjadi beda, yakni memiliki warna, tumbuh lebih panjang, dan memiliki siklus.

Ilustrasi (Reuters)

Hingga saat ini belum diketahui mengapa sejumlah rambut vellus merespons hormon, sedangkan yang lainnya tidak. Itu sama halnya dengan bulu di tangan--masih menjadi misteri mengapa bagian atas tangan memiliki bulu yang lebih panjang dibandingkan di bagian bawah.

Menurut Kamberov, mungkin bulu yang lebih panjang berfungsi untuk membuat bagian yang terpapar lebih hangat. Selain itu, terdapat ide lain dikemukakan oleh seorang antropolog biologi di Harvard University, Daniel Lieberman.

"Mungkin merupakan adaptasi untuk meminimalkan gesekan selama lengan terayun, tapi itu tebakan liar," ujar Lieberman.

Ide lain menyebut, bulu yang tumbuh lebih panjang di beberapa bagian tubuh manusia merupakan sisa-sisa dari nenek moyang kita yang memiliki rambut panjang menutupi seluruh tubuhnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya