Bersediakah India Menyambut Kehadiran Pakistan di IORA?

IORA merupakan forum diskusi bagi negara-negara lingkar Samudra Hindia yang seharusnya juga melibatkan Pakistan.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 28 Okt 2016, 13:56 WIB
Diterbitkan 28 Okt 2016, 13:56 WIB
Menteri Luar Negeri India, VK Singh
Menteri Luar Negeri India, VK Singh (Liputan6.com/Khairisa Ferida)

Liputan6.com, Denpasar - Pakistan merupakan salah satu negara yang terletak di lingkar Samudra Hindia. Ketika negara-negara tetangganya seperti India, Iran, Uni Emirat Arab, Oman, dan Yaman sudah bergabung dalam satu-satunya organisasi regional di kawasan, IORA, namun tidak demikian dengan Pakistan.

Pada 2015, Kementerian Luar Negeri Jerman mengadakan sebuah konferensi di Berlin yang membahas kepentingan sejumlah negara di Samudra Hindia, mengeksplorasi kemungkinan kerja sama di antara mereka, serta mengatasi tantangan yang dihadapi oleh negara-negara pesisir.

Salah satu pembicara dalam panel tersebut adalah Sekretaris Jenderal IORA yang juga merupakan mantan diplomat India, K.V Bhagirath. Di antara delegasi yang hadir tak ada perwakilan dari Pakistan. Padahal bicara menyangkut Samudra Hindia berarti juga meliputi Pakistan yang merupakan salah satu negara pesisir terbesar, salah satu pemilik kapasitas angkatan laut terbesar, dan salah satu kekuatan nuklir dunia.

Asumsi pun merebak, tidak dilibatkannya Pakistan dalam kerja sama negara-negara di kawasan Samudra Hindia karena adanya 'intervensi' dari India. Kedua negara telah berseteru sejak 1947.

Ketika pertemuan tingkat pejabat menteri IORA berlangsung di Bali pada 27 Oktober, Menteri Luar Negeri India, VK Singh, pun disinggung terkait kemungkinan Pakistan menjadi salah satu anggota asosiasi negara-negara lingkar Samudra Hindia.

Namun Singh tak secara tegas menjawab hal tersebut. "Kami mendukung IORA, semua program yang akan dilaksanakan India akan berpartisipasi."

Kebijakan India penting mengingat penerimaan anggota baru IORA berlangsung melalui konsesus. Atau dengan kata lain, jika terdapat satu negara anggota tidak setuju maka calon anggota tidak akan diterima.

Sikap India terhadap kehadiran Pakistan di IORA juga disampaikan oleh Sekretaris Bidang Ekonomi di Kementerian Luar Negeri India, Amar Sinha.

"Itu sudah didiskusikan, tidak hanya soal Pakistan, namun juga keanggotaan di IORA yang saat ini terdiri dari 21 negara. Kami sudah berkonsolidasi, kami harus memulai aksi nyata, dan yang paling penting keanggotaan kami di IORA untuk memperjuangkan perdamaian dan keamanan di Samudra Hindia. Sementara isu ini mungkin tidak sesuai dengan Pakistan," ujar Sinha.

"Jadi, ini bukan hanya kerja sama politik tapi juga tentang berbagi nilai-nilai yang sama. Dan tentu saja negara-negara yang berbagi pandangan yang sama tentang nilai-nilai perdamaian dan keamanan akan disambut baik," imbuhnya.

Jika IORA ingin benar-benar menjadi sebuah organisasi kawasan, maka forum ini dinilai harus mengajak sejumlah negara yang juga terletak di pesisir Samudra Hindia untuk ikut bergabung seperti Pakistan, Myanmar, Saudi Arabia, dan juga Maldive.

Tetangga yang bermusuhan

Serangkaian kemenangan dalam peperangan pada Abad ke-17 dan 18 membuat Inggris memperoleh sejumlah wilayah koloni termasuk di antaranya India dan Amerika Utara. Namun dengan alasan keuangan yang hancur akibat perang dan demobilisasi, Inggris harus rela menarik diri dari India pada 1947.

Dan pada tahun yang sama, terjadi pemisahan Pakistan dan Hindustan di mana penduduk Pakistan mayoritas muslim sementara India mayoritas beragama Hindu. Meski demikian pemisahan yang pada awalnya ditujukan untuk kebebasan dan kesetaraan masing-masing pihak ini menyisakan sejumlah persoalan terutama kekerasan antar-umat beragama dan sengketa wilayah. 

Ketegangan kedua negara memicu terjadinya perang pada 1947, 1965, 1971, dan 1999. Perang India-Pakistan 1947 terjadi atas Kashmir di mana wilayah ini diklaim sebagai milik Pakistan dan terjadi pengusiran terhadap pemeluk agama Hindu dan Sikhs. Lantas, India membalasnya dengan mengirim pasukan ke Gurdaspur.

Pada 1965, Pakistan disebut mulai masuk ke wilayah Kashmir untuk memicu timbulnya pemberontakan. Namun rencana ini gagal. Perang diakhiri dengan gencatan senjata dan India dikabarkan berhasil mencaplok sedikit teritori Pakistan.

Sementara pada 1971, Bangladesh meminta kemerdekaan dari Pakistan bahkan militer Pakistan dilaporkan melakukan upaya genosida atas penduduk Bengali. Peristiwa itu membuat jutaan orang mengungsi ke India. Pada akhirnya, India membantu gerakan Mukti-Bahini yang berjuang memerdekakan Bangladesh. Langkah tersebut membuahkan hasil, Bangladesh merdeka dari Pakistan.

Lantas pada 1999, terjadi Perang Kargil di mana militer Pakistan dan beberapa pemberontak Kashmir merebut pos militer India. Serangan tersebut dibalas dan pos militer berhasil kembali direbut India. Tekanan internasional akhirnya membuat Pakistan mundur.

Kashmir, titik utama konflik

Kashmir disebut sebagai titik utama konflik kedua negara. Sebenarnya, sengketa di wilayah ini juga melibatkan Tiongkok. Negeri Hindustan selama ini tidak pernah mengakui secara resmi kawasan yang diakui oleh Pakistan dan China sementara Pakistan memandang seluruh wilayah Kashmir sebagai wilayah sengketa.

Belakangan, sengketa atas Kashmir kian memanas setelah militer dua negara terlibat baku tembak di wilayah itu pada awal Oktober lalu. Dan pada Kamis kemarin, India-Pakistan mengumumkan akan mengusir masing-masing diplomat.

Pernyataan tersebut muncul setelah India menuding seorang diplomat Pakistan yang bertugas di New Delhi melakukan kegiatan spionase. Ia disebut mengumpulkan informasi sensitif terkait operasi keamanan India di sepanjang perbatasan.

Ilustrasi India-Pakistan (Reuters)

Lantas pada Kamis malam, Kementerian Luar Negeri Pakistan mengumumkan pemberian persona non grata kepada diplomat India, Surjeet Singh. Ia diberikan waktu selama 48 jam untuk meninggalkan Pakistan.

Menurut pernyataan Pakistan, Singh telah melanggar Konvensi Wina dan aturan diplomatik. Namun tak ada penjelasan lebih lanjut terkait hal ini.

Belum lama ini, Perdana Menteri India, Narendra Modi, menyampaikan dalam forum BRICS bahwa negara tetangganya merupakan 'ibu terorisme'. Meski ia tidak menyebut negara yang dimaksud, namun banyak pihak meyakini pernyataan tersebut ditujukan kepada Pakistan.

Melalui forum BRICS, Modi disebut-sebut berusaha menggalang dukungan dari Brasil, Rusia, China, dan Afrika Selatan untuk mengisolasi Pakistan. Namun upaya ini dinilai akan mendapat hambatan mengingat China dan Rusia memiliki hubungan baik dengan Pakistan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya