Liputan6.com, Seoul - Santer diberitakan bahwa semakin banyak warga lanjut usia (lansia) di Korea Utara (Korut) mendapat tekanan untuk bunuh diri. Penyebabnya, disebut-sebut akibat perselisihan antar generasi dan melejitnya biaya kesehatan.
Dikutip dari UPI pada Sabtu (5/11/2016), laporan Radio Free Asia (RFA) pada Kamis 3 November 2016 menyebutkan bahwa kaum lansia tidak bisa lagi mengandalkan sistem kesejahteraan negeri tertutup itu.
Advertisement
Baca Juga
Kaum lanjut usia harus bergantung kepada anak-anak mereka, padahal buah hati mereka juga memiliki tanggungan.
Pada Selasa lalu, sumber di Provinsi Hamgyong Utara mengatakan kepada RFA, sekarang sudah lazim melihat pemandangan para lansia berkumpul bersama di taman-taman atau stasiun-stasiun kereta.
Kata sumber tersebut, "Para veteran (Perang Korea) termasuk dalam kerumunan itu, sungguh meremukkan hati melihat mereka di sana."
Kaum lansia itu tidak bisa lagi bekerja dan mereka pergi dari rumah, untuk menghindari gesekan dengan anak-anak mereka. Mereka gemetar kedinginan di luar ruang, demikian menurut sumber tersebut.
Seorang sumber lain di Provinsi Hamgyong Utara mengatakan, beban keuangan yang berdampak kepada anak-anak yang sudah dewasa menyebabkan timbul dorongan agar orangtua yang renta bunuh diri.
Bunuh diri di kalangan lansia Korut cukup kerap terjadi, terutama di kalangan veteran yang dulunya sangat mengabdikan diri kepada Partai Pekerja dan berkorban bagi Kim Il Sung, bapak pendiri Korea Utara.
Pengabdian itu sia-sia belaka, karena negara dan anak-anak mereka tidak mampu menjamin kesejahteraan mereka, demikian menurut laporan RFA.
Anak-anak yang sudah dewasa terutama mengeluhkan biaya pengobatan dan ketidakmampuan orangtua mereka ikut serta dalam ekonomi pasar.
Karena frustrasi, mereka menggantungkan pengumuman di kamar tidur orangtua bertuliskan "Semangat Menghancurkan Diri", suatu sebutan tak langsung untuk bunuh diri. Menurut sumber itu, tekanan kaum muda ini telah menjadi tren.