Liputan6.com, Ottawa - Hingga saat ini Donald Trump masih mengungguli Hillary Clinton dalam perhitungan suara Pemilihan Presiden AS 2016. Potensi besar bahwa taipan bisnis asal New York itu akan menduduki kursi nomor satu AS pun membuat pendukung rivalnya menjadi was-was.
Bertepatan dengan Pilpres AS, website Imigrasi Kanada tiba-tiba tidak dapat diakses. Hal itu diduga disebabkan banyaknya orang yang mengakses situs tersebut karena ingin meninggalkan Amerika, jika Trump benar-benar terpilih menjadi Presiden AS.
Baca Juga
Website Imigrasi biasanya akan memberikan petunjuk untuk bagi orang-orang yang ingin tinggal atau menjadi warga negara Kanada. Namun saking banyaknya orang yang mencoba untuk mengakses website itu, situs tersebut tak dapat dibuka.
Advertisement
Dikutip dari Independent, Rabu (9/11/2016), seseorang yang ingin pindah dan tinggal di Kanada harus mendapatkan izin permanent residency dari negara tersebut. Ada beberapa jenis kewarganegaraan besar di sana, dan mengharuskan mereka yang datang untuk bekerja atau hidup bersama keluarga.
Hal serupa juga pernah terjadi ketika warga Inggris memutuskan untuk memisahkan diri dari Eropa dalam sebuah referendum yang dikenal dengan Brexit.
Kala itu, ribuan warga Irlandia Utara--termasuk wilayah Inggris--dilaporkan telah mengajukan pembuatan paspor Republik Irlandia.
"Selama akhir pekan di Belfast, kantor pos kehabisan formulir aplikasi untuk pembuatan paspor. Menteri Luar Negeri Irlandia telah meminta warga untuk tenang. Ia khawatir pihak imigrasi kewalahan dengan tingginya jumlah pelamar," ujar koresponden BBC Irlandia, Chris Page.
Kanada merupakan negara yang aktif dan terbuka dalam menerima pengungsi dari berbagai negara dalam beberapa bulan terakhir. Pemerintahnya telah menjalankan kampanye untuk menyambut pengungsi korban perang, salah satunya dari Suriah.
Tindakan tersebut pun menuai pujian karena Kanada dianggap sebagai negara yang sangat terbuka dalam menyambut pengungsi dari negara-negara di seluruh dunia.