Suu Kyi Tunda Kunjungan ke RI, Dibayangi Krisis Rohingya?

Pejabat senior Kemlu Myanmar menyebut penundaan kunjungan Suu Kyi ke Indonesia terkait masalah di Rakhine dan Shan Utara.

oleh Citra Dewi diperbarui 29 Nov 2016, 09:46 WIB
Diterbitkan 29 Nov 2016, 09:46 WIB

Liputan6.com, Yangon - Pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, menunda kunjungannya ke Indonesia setelah muncul protes di Jakarta terkait nasib etnis minoritas Rohingya.

Pada pekan lalu, ratusan pengunjuk rasa turun ke jalan, menyerukan pemerintah Indonesia untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Myanmar. Sementara itu polisi Indonesia mengatakan, pihaknya telah menangkap seorang militan yang diduga berencana mengebom Kedutaan Myanmar di Jakarta.

Dikutip dari NDTV, Selasa (29/11/2016), Aung San Suu Kyi sedianya berkunjung ke Indonesia setelah melakukan perjalanan ke Singapura pada 30 November hingga 2 Desember 2016. Namun, seorang pejabat senior Kementerian Luar Negeri Myanmar mengatakan bahwa Suu Kyi menunda kunjungan itu.

"Kami menunda kunjungan ke Indonesia karena masalah di Rakhine dan juga Shan Utara," ujar Wakil Direktur Jenderal Aye Aye Soe.

"Ini (kunjungan) akan diatur dalam waktu dekat," ujar dia yang sekaligus menyangkal bahwa penundaan itu karena terdapat masalah keamanan.

Ribuan warga Rohingya dikabarkan telah membanjiri perbatasan Myanmar-Bangladesh dalam beberapa minggu terakhir. Sejumlah media pun melaporkan adanya kekerasan seksual, penyiksaan, dan pembunuhan yang dilakukan oleh pasukan keamanan kepada etnis minoritas itu.

Suu Kyi yang pada 1991 meraih Nobel Perdamaian itu kini tengah menghadapi kecaman internasional, di mana seorang pejabat PBB menuding bahwa Myanmar telah melakukan pembersihan etnis Rohingya.

Namun, pemerintah Suu Kyi membantah tuduhan itu dan mengatakan bahwa tentaranya berburu "teroris" di balik serangan mematikan di pos polisi pada bulan lalu.

Sementara itu, pemerintah Myanmar melarang wartawan internasional dan penyelidik independen untuk mengunjungi Rakhine, di mana puluhan ribu warga Rohingya dilaporkan telah melarikan diri.

Menurut pemerintah Dhaka, ribuan orang telah berkumpul di perbatasan Bangladesh. Namun Bangladesh menolak permintaan internasional untuk mengizinkan warga Rohingya masuk ke negaranya dan menyeru kepada Myanmar agar berbuat lebih banyak untuk menghentikan orang-orang yang melarikan diri.

Pada Senin, 28 November 2016, penjaga perbatasan mendorong kembali delapan kapal warga Rohingya yang digunakan untuk menyeberangi Sungai Naf menuju Bangladesh Selatan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya