ISIS Ancam Serangan 'Jumat Berdarah' di Hari Pelantikan Trump

Terkait bocornya rencana itu, otoritas keamanan AS makin meningkatkan kewaspadaan menjelang pelantikan Trump di Washington DC mendatang.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 04 Des 2016, 18:48 WIB
Diterbitkan 04 Des 2016, 18:48 WIB
 ISIS, Al Qaeda Rayakan Kemenangan Donald Trump Jadi Presiden
Telepropter Trump menulis kata ISIS saat berkampanye di Selma (Reuters)

Liputan6.com, Washington, DC - ISIS berencana melakukan serangan yang disebut operasi 'Bloody Friday' atau 'Jumat Berdarah' di hari yang sama dengan hari pelantikan Donald Trump jadi presiden AS ke-45.

Tak hanya itu itu, kelompok teroris itu dilaporkan merekrut lebih banyak lagi pengikut yang fasih berbahasa Inggris dalam beberapa bulan terakhir. Hal itu agar memudahkan mereka saling berkomunikasi saat menjalankan operasi. Demikian seperti dilansir Express.co.uk, Minggu (4/12/2016).

Bocornya rencana itu telah dikonfirmasi oleh pihak intelijen AS. Salah satu yang mengakui kebenaran operasi itu adalah, Michael S. Smith, direktur institusi keamanan, Kronos Advisory.

"Tanggal di mana operasi Black Friday berlangsung adalah 20 Januari 2017," kata Smith.

Menurut Smith IsIS telah memproduksi lebih banyak rekaman propaganda dengan teks Inggris yang berisi target-target penyerangan di AS.

Ia mengatakan, grup komunikasi Telegram oleh Amaq Agency telah mengunggah rekaman itu dan membaginya ke seluruh pengikut mereka setelah penyerangan yang terjadi di kampus Ohio pekan lalu.

Setidaknya, 9 orang terluka kala pria yang diklaim sebagai tentara ISIS menabrakkan mobilnya ke sekelompok pedestrian. Lalu, penyerang yang bernama Abdul Razak Ali Artan membawa sebilah pisau daging dan menyerang orang-orang di sekitarnya.

ISIS juga dilaporkan makin mencengkeram Eropa.

Lembaga kepolisian Eropa, Europol, mengeluarkan peringatan bahwa ISIS akan melancarkan serangan yang lebih masif di Eropa. Anggota kelompok teroris itu disebut telah berada di "lokasi" dan jumlah mereka akan terus meningkat.

Serangan ini dilancarkan sebagai balas dendam atas kekalahan mereka di medan tempur Suriah dan Irak.

ISIS disebut pula cenderung mulai merencanakan serangan dan mengirim pasukan mereka ke Eropa dari Libya. Termasuk di antaranya anggota dari kelompok yang berafiliasi dengan mereka, salah satunya Al Qaeda. Ini semakin menegaskan ancaman nyata ke Benua Eropa.

Menurut Direktur Europol, Rob Wainwright negara-negara Eropa telah meningkatkan kerja sama keamanan mereka dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya plot yang digagalkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya