Liputan6.com, Aleppo - Aksi militer telah berakhir di Aleppo timur. Hal tersebut dikatakan oleh Duta Besar Rusia untuk PBB, Vitaly Churkin, yang menambahkan bahwa pasukan Pemerintah Suriah telah mengambil kontrol wilayah terkahir yang dikuasai pemberontak.
Churkin mengatakan, peraturan yang membuat pasukan pemberontak meninggalkan wilayah tersebut telah disepakati. Warga sipil juga diizinkan untuk meninggalkan kawasan itu.
Baca Juga
Perkembangan terbaru tersebut dinilai dapat mengakhiri pertempuran sengit di Aleppo yang telah berlangsung selama empat tahun dan menewaskan ribuan orang.
Advertisement
Pada beberapa bulan terakhir, wilayah yang dikuasai pemberontak telah semakin menyusut. Dikutip dari BBC, Rabu (12/14/2016), hal tersebut terjadi setelah Pemerintah Suriah gencar melakukan serangan yang didukung oleh kekuatan udara Rusia.
Kesepakatan itu terjadi setelah PBB melaporkan daftar korban jiwa akibat tindakan yang dilakukan oleh pasukan pro-pemerintah. Organisasi internasional itu mengaku memiliki bukti terpercaya bahwa sebanyak 82 warga sipil tewas di empat wilayah.
PBB dan Amerika Serikat mengatakan, Pemerintah Suriah dan sekutunya, Rusia dan Iran, merupakan pihak yang bertanggung jawab atas kekejaman yang terjadi di Aleppo. Sementara itu Negeri Beruang Merah membantah tuduhan tersebut.
"Berdasarkan informasi yang kita terima dalam beberapa jam terakhir, aksi militer di Aleppo timur telah usai," ujar Churkin dalam sidang darurat Dewan Keamanan PBB.
Sebelumnya, ia telah berbicara tentang kesepakatan yang memungkinkan para pemberontak untuk meninggalkan wilayah tersebut.
"Para warga sipil, mereka dapat tinggal, mereka bisa pergi ke tempat-tempat aman, mereka bisa mengambil keuntungan dari urusan kemanusiaan. Tidak ada yang akan membahayakan warga sipil," ujar Churkin. Sementara itu kelompok pemberontak mengatakan, warga sipil termasuk ke dalam eksodus.
Hal tersebut merupakan pukulan besar bagi pihak oposisi dan kemenangan untuk Rusia, Iran, Hizbullah, dan militan Irak. Namun para pemberontak masih memegang wilayah besar lain.
Jurnalis BBC, Jeremy Bowen, mengatakan akan ada perang dalam bentuk berbeda, yakni lebih banyak serangan 'hit and run' dan pemberontakan.