Liputan6.com, Seoul - Ketidakpastian politik di Amerika Serikat dan Korea Selatan dapat menguntungkan Korea Utara untuk mengembangkan senjata nuklir. Hal tersebut disampaikan oleh diplomat Korut yang baru-baru ini membelot ke Korsel.
"Korea Utara menghitung bahwa Korea Selatan dan Amerika Serikat tidak dapat mengambil tindakan fisik atau militer untuk mencegah pengembangan nuklir Korea Utara," ujar Thae Yong-ho dalam jumpa pers seperti dilaporkan kantor berita Yonhap.
Thae mengatakan, Kim Jong-un tak berencana untuk menghentikan pengembangan nuklir Korut, bahkan jika ia diberi sejumlah besar uang. "(Kim) berpacu dengan pengembangan nuklir setelah menyiapkan rencana untuk mengembangkannya (senjata nuklir) terlepas dari biaya yang diperlukan pada akhir 2017.
Advertisement
Pyongyang mencoba untuk membuka diskusi dengan pemerintahan baru Seoul dan Washington. Thae memprediksi hal tersebut merupakan strategi Korut untuk memperoleh status kekuatan nuklir.
Menurut Thae, hingga tujuan itu belum tercapai, Korut akan terus meluncurukan provokasi militer dan melakukan uji coba nuklir sebagai upaya untuk menghalangi sanksi Seoul dan Washington terhadap Pyongyang.
"Korea Utara meyakini bahwa provokasi tanpa henti yang dilakukannya harus menggeser garis kebijakan pemerintahan (Korsel dan AS) menjadi lebih stabil-fokus," ujar Thae.
Dikutip dari CNN, Rabu (28/12/2016), baru-baru ini Korea Utara telah menetapkan kebijakan pembangunan nuklir-ekonomi menjadi bagian dari platform partai yang berkuasa. Namun dalam kenyataannya, keputusan membuat pengembangan nuklir berada di prioritas utama.
"Setelah diadakan kongres partai yang berkuasa pada Mei lalu, Kim Jong-un membuat kebijakan partai untuk menyelesaikan pengembangan nuklir dalam waktu secepat mungkin," kata Thae.
Direktur National Intelligence, James Clapper, mengatakan bahwa itu merupakan usaha sia-sia untuk membuat Korea Utara menyerahkan senjata nuklirnya.
Selasa kemarin merupakan penampilan pertama Thae di media sejak ia kabur dari tempatnya ditugaskan di London dan mengungsi ke Korea Selatan bersama dengan istri dan dua anaknya. Pria yang mengungkap soal pengembangan nuklir Korut itu akan bergabung dengan wadah pemikir keamanan nasional Korea Selatan sebagai peneliti.