Menlu: Enggak Ada Tawaran dari Australia untuk RI Gabung TPP

Australia mendorong Indonesia bergabung dengan TPP meski AS memutuskan mundur.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 26 Jan 2017, 21:00 WIB
Diterbitkan 26 Jan 2017, 21:00 WIB
Anugerah Hamengku Buwono (HB) IX
Menlu Retno LP Marsudi menerima Anugerah Hamengku Buwono (HB) IX bidang Kemanusiaan dari Universitas Gadjah Mada (UGM). (Liputan6.com/Switzy Sabandar)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan Australia Steven Ciobo mendorong agar Indonesia tetap ikut serta dalam perjanjian perdagangan Kerjasama Trans-Pasifik (TPP), meski Amerika Serikat telah menarik diri dari perjanjian tersebut.

Bukan cuma mengajak Indonesia, Ciobo pun turut mengundang negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia China untuk bergabung dengan TPP.

"Yang saya tahu Indonesia kemungkinan tertarik dan masih ada peluang bagi China jika kita mampu mereformulasi itu," sebut Ciobo seperti dikutip dari The Guardian, Kamis (26/1/2017).

Komentar Ciobo direspons Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Dirinya mengatakan, tak pernah mendengar atau mengetahui adanya dorongan Australia agar Indonesia masuk TPP.

"Enggak ada," sebut Retno di Gedung DPR, Kamis (26/1/2017).

Indonesia pun, kata dia, tidak akan sembarang mengambil keputusan bergabung dengan TPP. Pemerintah pastinya mempertimbangan secara matang sebelum mengambil keputusan.

"Kita lihat dulu TPP jalan atau enggak. Ada klausul yang mengatakan kalau TPP tidak dapat diimplementasikan kalau 80 atau 85 persen dari GDP negara anggota tidak meratifikasi," jelas dia.

"Kalau AS sudah memutuskan untuk meratifikasi AS sendiri sudah 60 persen dari total GDP. Tapi intinya AS itu majority yang berarti sebenarnya kalau AS sudah memutuskan tidak jadi ratify TPP maka tidak akan terpenuhi yang 80 persen itu. Dari situ dulu saja," sebut dia.

Kendati demikian, Retno menyatakan kesempatan memang selalu ada. Hanya saja, TPP harus dinegosiasikan ulang jika mau terus berjalan.

"Banyak sekali kemungkinan kalau TPP mau diteruskan berarti mereka harus negosiasi ulang," papar perempuan yang pernah menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Norwegia ini.

"Jadi sekarang, oleh karena itu penting bagi kita melihat dulu apa yang ada, bahwa ada keputusan dari Amerika untuk tidak meratifikasi TPP," sebut dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya