Liputan6.com, Tel Aviv - Konflik Israel dan sejumlah kelompok garis keras di Suriah meningkat. Akibat dari itu, negeri zionis itu telah memiliki rencana untuk evakuasi massal warga di perbatasan antara Israel.
Diperkirakan akan ada seperempat juta warga sipil yang akan dievakuasi jika dua kelompok tersebut mengorbarkan perang.
Baca Juga
Melansir Associated Press pada Rabu (22/3/2017), evakuasi itu bakal menjadi terbesar dalam sejarah Israel.
Advertisement
Hizbullah disebut-sebut mendukung Presiden Suriah, Bashar Assad. Akibatnya hubungan Suriah dan Israel memanas.
Pada akhir November 2016 lalu, militan ISIS yang berada di perbatasan Israel-Suriah tepatnya di Golan Heights atau Dataran Tinggi Golan, menembaki patroli militer Israel.
Tiap kubu kini bersiap bahwa konflik baru akan tercipta dan memperkirakan akan lebih buruk. Pada 2006, Hizbullah menembakkan 4.000 roket ke Israel, sementara Israel membombardir target militer di selatan Lebanon.
Konflik itu menewaskan 1.200 warga sipil Lebanon dan 44 warga Israel serta 122 tentara Israel.
Pada 2014, terjadi konflik 50 hari terjadi antara Israel dan Hamas. Diestimasi ada 2.100 warga Palestina meninggal, 66 tentara dan 6 warga Israel tewas.
Konflik itu membuat kehancuran Gaza meluas karena ribuan roket dan mortar ditembakkan oleh Hammas dan kelompok militan lainnya ke Israel. Sementara pihak Tel Aviv membalas dengan kekuatan penuh.
Terkait rencana evakuasi massal kali ini, menurut Kolonel Itzik Bar Komanand Homefront Israel, menyebut Hisbullah, Hamas dan ISIS makin menguat. Persenjataan juga makin lengkap.
"Pada 2017, Israel di bawah ancaman yang lebih besar," kata Bar kepada AP.
Bar menuding Hizbullah makin kuat setelah mendukung tentara Assad.
"Evakuasi massal dilakukan agar mereka menyerang tanah kosong saja," lanjutnya.
Para warga yang dievakuasi akan diinapkan di bangunan-bangunan yang sudah ada, termasuk hotel, sekolah, dan guest house.
Jumlah warga yang dievakuasi sekitar 250 ribu orang. Israel sendiri memiliki populasi 8,5 juta penduduk. Ide untuk evakuasi belajar dari perang di Gaza pada 2014. Saat itu, warga memilih untuk meninggalkan kawasan
Puluhan ribu warga Israel meninggalkan rumah mereka yang berbatasan dengan Gaza. Kawasan itu menjadi kota hantu.