Liputan6.com, Seoul - Presiden Amerika Serikat Donald Trump memilih membawa isu Korea Utara ke meja perundingan, meski di lain sisi Negeri Paman Sam tidak menutup opsi militer.
Hal tersebut disampaikan salah seorang calon presiden kuat Korea Selatan.
Baca Juga
Moon Jae-in mantan pengacara hak asasi manusia dari Partai Demokrat diprediksi akan memenangi pemilu 9 Mei 2017. Jika benar, pria berusia 64 tahun ini memiliki keinginan untuk mengunjungi Pyongyang dan berbicara langsung dengan Kim Jong-un guna meredakan ketegangan di Semenanjung Korea.
Advertisement
"Meskipun Trump bicara tentang tekanan, sanksi dan bahkan mungkin serangan tak terduga, saya yakin tujuan utamanya adalah membawa Korea Utara kembali ke jalur negosiasi untuk menghapus program nuklirnya," ujar Moon kepada The Washington Post, Rabu (3/5/2017).
Ia menambahkan, "Saya juga setuju dengan metode Presiden Trump yang menerapkan sanksi dan tekanan kepada Korut untuk membawa mereka bernegosiasi. Jika itu terjadi, saya akan bertemu dengan Kim Jong-un. Saya juga yakin Presiden Trump lebih masuk akal daripada yang kita ketahui selama ini."
Komentar Moon ini sesuai dengan pernyataan Presiden Trump dalam sebuah wawancara minggu lalu. Saat itu, dia mengatakan bahwa akan merasa terhormat jika bertemu dengan Kim Jong-un dalam situasi yang tepat.
Moon menekankan bahwa aliansi AS-Korea Selatan adalah fondasi penting untuk diplomasi dan keamanan nasional.
Beberapa waktu sebelumnya, sejumlah pejabat AS telah mengunjungi Negeri Ginseng termasuk Direktur CIA, Mike Pompeo.
Selasa kemarin, Pompeo mengunjungi Pulau Yeongpyeong untuk melihat perairan yang diperebutkan Korsel-Korut itu. Tahun 2010 lalu Korut melepaskan tembakan artileri ke pulau tersebut yang menewaskan empat orang.
Namun Moon memperingatkan AS agar terus memantau sistem pertahanan anti-rudal (THAAD) yang baru saja diaktifkan.
Moon meyakini bahwa AS tidak berniat untuk mencampuri pilpres Korsel.