Ekstremis Berkedok Jersey Arsenal, Ini Profil Pelaku Teror London

Menurut penyelidikan kepolisian, Khuram Butt merupakan pengikut organisasi yang dilarang di Inggris, al-Muhajiroun.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 07 Jun 2017, 07:21 WIB
Diterbitkan 07 Jun 2017, 07:21 WIB
Khuram Butt, tersangka teror London 3 Juni 2017 (Kepolisian London)
Khuram Butt, tersangka teror London 3 Juni 2017 (Kepolisian London)

Liputan6.com, London - Khuram Butt mengenakan seragam klub sepakbola Arsenal berwarna merah saat melakukan serangan teror di London pada malam 3 Juni 2017. Sejumlah korban serangan teror tersebut pun mungkin juga memakai seragam klub sepakbola lain di malam itu.

Mengingat, malam teror di Ibu Kota Inggris itu bertepatan dengan penyelenggaran partai final Liga Champions, sebuah perhelatan akbar sepak bola level Eropa, yang berlangsung di Cardiff, 3 jam perjalanan dari Barat London. Sejumlah bar di London kerap menyelenggarakan kegiatan 'nonton bersama'.

Salah satunya beberapa bar yang terletak dekat dengan London Bridge dan Borough Market, dua lokasi kejadian teror 3 Juni 2017. Kedua wilayah itu terkenal akan daya tarik bar dan pub yang tersebar di sejumlah titik.

Namun, terlepas dari warna dan baju klub sepak bola yang dikenakan oleh Butt saat kejadian, yang jelas ia telah 'berseragam' sama dengan sejumlah pelaku teror yang telah terjadi belakangan terakhir, yakni 'seragam teroris berbasis ekstremisme dan radikalisme agama'.

Menurut penyelidikan kepolisian, Khuram Butt merupakan pengikut organisasi yang dilarang di Inggris, al-Muhajiroun, dipimpin oleh Anjem Choudary, demikian seperti yang diwartakan oleh BBC, Rabu (7/6/2017). Choudary merupakan ulama terpidana yang menurut pengadilan Inggris terbukti menyokong ISIS.

Berdasarkan hasil penyelidikan kepolisian, Butt lahir pada 1990 di Pakistan. Ia beremigrasi ke London dan mendapatkan status kewarganegaraan Inggris belasan tahun sebelum melakukan aksi terornya.

Pria berusia 27 tahun itu juga memiliki istri dan dua orang anak. Butt juga memiliki National Vocational Qualifications (NVQ, sebuah kualifikasi vokasional di Inggris) Level 2, menunjukkan bahwa dirinya memiliki sejumlah pengalaman di bidang bisnis dan administrasi perusahaan. Pada 2012, ia sempat bekerja di sebuah perusahaan manajemen jaringan restoran cepat saji di London.

Pada 2016, Butt juga pernah menjadi pelatih pelayan konsumen untuk Badan Transportasi London. Ia juga pernah menjadi direktur sebuah perusahaan kosmetik bernama Kool Kosmetics di London.

Masih belum jelas kapan Butt pria kelahiran Pakistan itu terlibat dalam aktivitas ekstrem - radikal berbasis agama. Namun diduga, pada 2015 atau dua tahun sebelumnya, Butt tergabung dalam al-Muhajiroun, menandai keterlibatannya dalam aktivitas ekstrem - radikal berbasis agama.

Sejak itu, Butt pernah tampil dalam sebuah film dokumenter berjudul The Jihadist Next Door. Film dokumenter tersebut merupakan produksi jaringan al-Muhajiroun yang bekerjasama dengan Siddharta Dhar, seorang anggota ISIS.

Dalam dokumenter tersebut, Butt muncul dalam salah satu adegan yang menunjukkan adu mulut antara sekelompok orang anggota al-Muhajiroun yang membawa bendera serupa ISIS dengan polisi London.

Tak hanya itu, Butt diduga kuat pernah memiliki riwayat hate-speech dan kekerasan verbal terhadap Mohammed Shafiq, anggota Ramadhan Foundation, kelompok anti-ekstremis berbasis agama di Manchester.

"Khuram Butt menyebutku seorang 'murtad' yang berarti penkhianat. Ia juga menyebutku sebagai antek pemerintah yang turut mengkonfrontasi Anjem Choudary atas dukungannya terhadap terorisme. Aku tak terkejut bahwa Butt akan tergabung dalam aktivitas terorisme," kata Shafiq seperti yang dikutip oleh BBC.

Kepolisian London sempat memantau Butt pada 2015. Namun, pemantauan itu dilonggarkan setelah intelijen tidak menaruh kecurigaan besar kepada Butt, meski sempat ada laporan seorang warga tentang aktivitas radikalnya.

Rencana investigasi terbuka terhadap Butt sempat dilakukan. Sejak 2015, dirinya masuk dalam 500 daftar individu yang sewaktu-waktu akan diinvestigasi oleh kepolisian terkait keterlibatan dengan terorisme.

Namun pada akhirnya, Butt tak dianggap sebagai prioritas penyelidikan oleh kepolisian, hingga peristiwa teror 3 Juni 2017 lalu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya