Liputan6.com, Paris - Partai yang didirikan Presiden Prancis Emmanuel Macron, La République en Marche (LREM) atau biasa disingkat en Marche, memenangkan mayoritas kursi parlemen.
Dengan perhitungan hampir keseluruhan suara, LREM dan sekutunya Mouvement Democrate (MoDem) memenangkan lebih dari 300 kursi di Majelis Nasional yang memiliki total kursi sebanyak 577 buah.
Baca Juga
Dikutip dari BBC, Senin (19/6/2017), Partai LREM dibentuk Macron baru setahun yang lalu. Separuh dari kandidatnya juga hanya memiliki sedikit, bahkan tidak sama sekali, pengalaman politik.
Advertisement
Hasil Pemilu Parlemen Prancis yang dilaksanakan pada 11 hingga 18 Juni itu memperlihatkan, LREM dan MoDem melebihi batas kursi sebanyak 289 buah yang dibutuhkan untuk mengendalikan Majelis Nasional. Hal tersebut akan menjadi pukulan besar bagi partai-partai tradisional baik di sisi kiri maupun kanan.
Partai konservatif Les Republicains dan sekutunya, bisa membentuk blok oposisi yang besar dengan jumlah 125 hingga 131 kursi di Majelis Nasional.
Partai Sosialis yang berkuasa selama lima tahun terakhir, tampaknya hanya mendapatkan 41 hingga 49 kursi -- di mana angka tersebut menjadi penghitungan terendah mereka.
Pemimpin Partai Sosialis Jean-Claude Cambadelis mengumumkan pengunduran dirinya dari jabatannya. Ia mendesak pihak kiri untuk mengubah bentuk substansi, gagasan, serta organisasinya.
Sementara itu partai haluan kanan Front National (FN) meraih delapan kursi. Sebelumnya, pihaknya telah membidik sebanyak 15 kursi.
Pemimpin FN Marine Le Pen (48), telah memenangkan kursi di parlemen untuk pertama kalinya untuk mewakili kota Henin-Beaumont. Tapi dua pembantu utamanya, termasuk wakil pemimpinnya, telah disingkirkan.
LREM yang berhasil mendapat kursi mayoritas parlemen ditanggapi oleh Le pen. "Dia (Macron) harus tahu bahwa idenya bukan merupakan mayoritas di negara ini, dan bahwa Prancis tidak akan mendukung sebuah proyek yang melemahkan negara kita," ujar Le Pen.
Kemenangan LREM dinilai dapat melanggengkan janji-janji Macron selama kampanye, yakni mendorong adanya perubahan yang meliputi penghematan anggaran sebesar 60 miliar euro dalam lima tahun ke depan, pemotongan jumlah pegawai negeri sebesar 120.000 orang, dan reformasi pasar tenaga kerja dan skema pensiun negara yang royal.
Pemimpin sementara LREM, Catherine Barbaroux, mengatakan bahwa partai besutan pria 39 tahun tersebut sekarang dapat mulai bekerja untuk mengubah Prancis.
"Anggota parlemen kami, melalui beberapa pengalaman mereka, akan memilih undang-undang untuk membuka ekonomi Prancis, membebaskan energi, menciptakan solidaritas baru, dan melindungi Prancis," kata Barbaroux.
Setidaknya, setengah dari kandidat LREM berasal dari berbagai latar belakang. Mereka termasuk pensiunan matador, pengungsi asal Rwanda, dan seorang matematikawan.
Tak hanya memiliki kandidat dengan beragam latar belakang, Macron juga membangun komposisi kandidat berbasis kesetaraan gender dalam seleksi kandidat, yang menghasilkan rasio 50:50 antara laki-laki dan perempuan.