Liputan6.com, Mosul - Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi secara resmi mengumumkan kemenangan pasukannya atas ISIS di Mosul. Ia mengibarkan bendera nasional dengan para tentara setelah mengumumkan "runtuhnya negara teroris".
Abadi mengumumkan kemenangan itu di ruang operasi Counter-Terrorism Service, pasukan tersebut merupakan yang pertama memasuki Mosul pada November 2016.
Baca Juga
"Saya mengumumkan dari sini, akhir, kekalahan, dan kehancuran negara teroris yang penuh kepalsuan dan terorisme, yang diumumkan Daesh (ISIS) dari Mosul," ujar Abadi seperti dikutip dari BBC, Selasa (11/7/2017).
Advertisement
Namun, pria kelahiran 1952 itu memperingatkan adanya tantangan yang harus dihadapi ke depannya.
"Kita memiliki misi yang telah menunggu -- untuk menciptakan stabilitas, membangun, dan membersihkan sel Daesh."
"Dan hal itu membutuhkan upaya intelijen dan keamanan, dan kesatuan yan mampu membuat kita bertempur melawan Daesh," imbuh dia sebelum mengibarkan bendera Irak.
Koalisi pimpinan AS mengonfirmasi bahwa area kota itu masih harus dibersihkan dari alat peledak dan tempat yang memungkinkan pasukan ISIS untuk bersembunyi.
Komandan senior Amerika di Irak, Letjen Stepgen Townsend, memberikan selamat kepada pasukan keamanan Irak atas apa yang disebutnya sebagai kemenangan atas musuh yang brutal dan jahat.
"Jangan buat kesalahan, kemenangan ini sendiri tidak melenyapkan ISIS dan masih ada pertempuran hebat yang harus dihadapi," ujar Townsend.
Pertempuran Mosul yang dimulai sejak Oktober 2016, menyebabkan kerusakan di berbagai wilayah, menewaskan ribuan rakyat sipil, dan membuat 920.000 warga melarikan diri dari kota itu.
Diperkirakan oleh PBB, lebih dari 5.000 bangunan rusak dan 490 lainnya hancur akibat pertempuran itu.
"Merupakan hal yang melegakan saat mengetahui bahwa kampanye militer di Mosul telah berakhir. Pertarungan mungkin berakhir, tapi krisis kemanusiaan tidak," ujar Koordinator Kemanusiaan PBB di Irak, Lise Grande.
"Banyak orang yang melarikan diri telah kehilangan semuanya. Mereka membutuhkan tempat singgah, makanan, perawatan kesehatan, air, sanitasi, dan peralatan darurat. Tingkat trauma yang kita saksikan merupakan yang tertinggi. Apa yang orang-orang telah alami hampir tak bisa dibayangkan."
Komandan dari koalisi pimpinan AS yang membantu serangan udara dan darat pasukan Irak, mengatakan bahwa pertempuran itu merupakan yang paling hebat sejak Perang Dunia Kedua.
Meski telah mengumumkan kemenangan Mosul atas ISIS, kelompok militan itu masih mengontrol tiga wilayah di Irak, yakni di sekitar Hawija, Tal Aftar, dan dari Ana ke Al-Qaim.