Liputan6.com, Phoenix - Kematian vokalis Linkin Park Chester Bennington meninggalkan luka mendalam. Bagi generasi 2000-an awal pria kelahiran Phoenix, Amerika Serikat, itu dianggap sebagai pelopor aliran musik hip-metal.
Menjual sebanyak 70 juta keping album bersama Linkin Park, Chester telah ditahbiskan sebagai legenda musik generasi milenial.
Namanya, dikenal bukan cuma karena musik. Pemikiran politiknya pun jadi sorotan di Negeri Paman Sam.
Advertisement
Chester dikenal sebagai musisi yang kerap menyembunyikan arah dukungan politiknya.
Namun, perubahan terjadi pada 2016. Saat Pilpres AS, Chester begitu jelas menyatakan dukungannya terhadap capres Partai Demokrat Hillary Clinton.
"Pilih sekarang dan pertahankan Amerika yang luar biasa, Hillary untuk Presiden," tulis Chester dalam akunnya di media sosial Twitter pada 9 November 2016, seperti dilansir dari Blabbermouth.
Advertisement
Baca Juga
Tak sampai di situ, melalui Twitter pula Chester menyerang Donald Trump yang merupakan pesaing Hillary.
"Dibanding teroris, Trump merupakan ancaman yang lebih besar bagi AS," sebut dia.
Chester Bennington ditemukan tewas oleh polisi di kediamannya di Los Angeles, Amerika Serikat. Vokalis band dunia itu diduga bunuh diri.
Dikutip dari TMZ, penyanyi berusia 41 tahun itu mengakhiri hidupnya dengan gantung diri.
Kabar duka ini juga dibenarkan oleh sahabat sekaligus rekan satu bandnya, Mike Shinoda. Melalui akunnya di Twitter ia menulis, "Shocked and heartbroken, but it's true. An official statement will come out as soon as we have one".
Chester Bennington meninggalkan enam anak dari dua kali pernikahan. Belakangan ia dikabarkan sempat berusaha lepas dari ketergantungan alkohol dan narkoba.