Liputan6.com, Kuala Lumpur - Parade drumband, tarian kolosal, musik menghentak yang mengiringi kemunculan maskot Rimau Harimau Malaya, dan pesta kembang api -- pekan olah raga negara-negara Asia Tenggara atau SEA Games ke-29 resmi dibuka dengan meriah lagi mewah di Stadion Nasional Bukit Jalil, Malaysia, Sabtu malam 19 Agustus 2017.
Pujian warga Negeri Jiran pun diarahkan pada pihak penyelenggara pembukaan SEA Games yang dinilai sukses besar. Setelah 16 tahun, momentum Malaysia kembali jadi tuan rumah ajang olahraga itu dibuka dengan manis.
Advertisement
Namun, sejumlah insiden mewarnai penyelenggaraan SEA Games yang diikuti lebih dari 5.000 atlet dan official, serta ditonton langsung lebih dari sejuta pengunjung.
Misalnya, seperti dikutip dari situs Today Online, pada 17 Agustus 2017, tim sepak bola wanita Myanmar terlantar di Stadion Shah Alam setelah kemenangan 5-0 atas tuan rumah. Kala itu bus yang seharusnya menjemput mereka tak kunjung datang.
Para olahragawan yang kelelahan harus menunggu sekitar sejam sebelum bus akhirnya datang dan mengantar mereka ke hotel.
Baca Juga
Belakangan muncul kabar, Kepolisian Shah Alam menangkap pengemudi berkebangsaan Malaysia -- yang seharusnya menjemput tim Myanmar. Pria 27 tahun itu disangka mencuri jam tangan milik pemain lokal dan mengemudi tanpa SIM.
Penahanan dilakukan saat pertandingan, yang dimulai pukul 20.45, sedang berlangsung. Sementar, sopir pengganti tak kunjung didapat.
Para pendukung Myanmar juga mengeluhkan perlakuan pihak panitia. Misalnya saat pertandingan timnya melawan Laos, mereka tak diizinkan masuk stadion.
Alasannya, jatah kursi untuk suporter tim sudah habis, meski mereka mengklaim masih ada banyak bangku yang kosong melompong saat pertandingan.
Sebagian suporter akhirnya harus rela mengintip pertandingan tim kesayangan mereka dari sela-sela spanduk dan banner yang terpasang di pinggir stadion.
Masalah logistik dan transportasi juga dialami tim tenis meja Singapura. Bus penjemput tak datang ke hotel pada waktu yang telah ditentukan, pukul 07.00 waktu setempat.
Sopir bus mengklaim tak menerima instruksi. Akhirnya, tim memanfaatkan layanan taksi online Grab untuk mengantar mereka ke lokasi pertandingan di Malaysia International Trade and Exhibition Centre (Mitec).
Masih ada sejumlah insiden lain yang mewarnai penyelenggaraan SEA Games di Malaysia, dua di antaranya bahkan sampai 'mencoreng' muka Negeri Jiran.
Berikut dua insiden yang mencoreng Malaysia sebagai tuan rumah SEA Games, seperti dikutip dari sejumlah sumber:
1. Bolak-balik Bendera
Kecerobohan memalukan dilakukan panitia SEA Games di buklet SEA Games 2017.
Di sana, bendera Indonesia dipasang terbalik. Mirip bendera Polandia.
"Pembukaan #SEAgame2017 yg bagus tapi tercederai dg keteledoran fatal yg amat menyakitkan. Bendera kita....Merah Putih. Astaghfirullaah...," demikian diungkap Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Imam Nahrawi dalam akun Twitternya, @imam_nahrawi, 19 Agustus 2017.
Insiden itu ditanggapi marah publik Indonesia. Tagar atau hashtag, #ShameonyouMalaysia kemudian muncul dan sempat merajai Twitter.
Menpora Malaysia, Khairy Jamaluddin, sekaligus ketua Malaysia Organising Committee for Kuala Lumpur 2017 (Masoc) segera meminta maaf atas kekeliruan tersebut.
Kata maaf kemudian ia sampaikan secara langsung kepada koleganya dari Indonesia, Menpora Imam Nahrawi.
Presiden Indonesia Joko Widodo juga menerima permintaan maaf Malaysia dan mengatakan bahwa kesalahan tersebut tak perlu dibesar-besarkan.
Namun, kekeliruan soal bendera ternyata berlanjut.
Sebuah siaran televisi yang menayangkan ajang final wushu wanita salah pajang bendera Indonesia. Padahal, peraih medali emas Thuy Vi Duong, berasal dari Vietnam.
Belakangan, kesalahan juga dilakukan pihak Radio Televisyen Malaysia (RTM).
Sebagian nama dan bendera negara partisipan -- Vietnam, Singapura, Thailand, Myanmar, Indonesia, Filipina, Kamboja, and Laos - terbolak-balik dalam papan perolehan medali. Kesalahan itu pun viral di media sosial.
"Pengaturan bendera acak-acakan," kata salah satu pengguna sosial media.
Direktur Jenderal Penyiar Nasional Malaysia, Datuk Abu Bakar Ab Rahim mengatakan, pihak RTM mengakui telah berbuat kesalahan dan bersumpah akan melakukan tindakan untuk mencegah kejadian serupa.
Seperti dikutip situs www.tnp.sg, permintaan maaf setelah disampaikan di tengah segmen berita pada Kamis 24 Agustus 2017 dan Jumat besoknya.
Menurutnya, kesalahan terjadi pada level produksi saat mencoba memperbarui hasil medali yang terus berubah.
"Kami akan mengambil tindakan untuk mencegah hal serupa terjadi lagi," katanya kepada The Star.
Sebelumnya, pihak penyiaran juga salah memasang bendera dalam laga final 50 meter renang pria gaya bebas.
Atlet Malaysia, Keith Lim Kit Sern ditampilkan dengan bendera Singapura dan singkatan "KUL" (Kuala Lumpur) dan bukan "MAS" (Malaysia).
Advertisement
2.
Meski kesalahan terjadi karena ulah suporter, bukan dari pihak penyelenggara, insiden ini tak pelak bikin Malaysia malu berat.
Gara-garanya, dalam pertandingan sepak bola antara kesebelasan Malaysia dan Singapura, suporter jiran menyanyikan yel-yel kasar, "Singapore itu an****".
Kata-kata kasar itu diucapkan Ultras Malaya, grup suporter terbesar Negeri Jiran.
Seperti dimuat The Independent Singapura, Minggu 27 Agustus 2017, Asosiasi Sepak Bola Malaysia atau Football Association of Malaysia mengungkapkan penyesalan atas insiden tersebut.
Apalagi yel-yel bernada penghinaan itu diucapkan di tengah ajang olahraga yang bertujuan mengeratkan persahabatan negara-negara Asia Tenggara.
Malaysia Organising Committee for Kuala Lumpur 2017 (Masoc) juga mengungkapkan hal senada.
"Setiap kejadian yang bertentangan dengan semangat kebersamaan dan persatuan, terutama pelecehan dan penghinaan terhadap negara-negara peserta lain, dalam bentuk apa pun, sangat disesalkan."
Masoc mendesak para suporter untuk menahan diri, untuk tidak menyerukan yel-yel yang menyinggung SARA.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Sepak Bola Malaysia, Hamidin Mohd Amin mengatakan, pasca-insiden itu, Ultras Malaya berjanji untuk tidak mencemooh pihak lawan.
Jaminan tersebut diberikan oleh perwakilan Ultras Malaya dalam sebuah pertemuan yang diadakan setelah Asosiasi Sepak Bola Malaysia menerima keluhan resmi mengenai masalah tersebut.
Suporter Ultras Malaya berjanji tak akan melakukan hal serupa sepanjang sisa waktu penyelenggaraan SEA Games yang akan berakhir pada 30 Agustus 2017.
Meski demikian, dua suporter sepak bola Myanmar dilaporkan menjadi korban penyerangan, menyusul kemenangan 3-1 Malaysia atas Myanmar di Stadion Shah Alam.
Keduanya dilarikan ke rumah sakit menyusul insiden tersebut.
Channel News Asia juga melaporkan bahwa seorang suporter Indonesia mengklaim menjadi korban kekerasan yang dilakukan sekelompok pendukung Malaysia pasca laga semifinal Sabtu 26 Agustus 2017. Peristiwa itu, menurut keterangan otoritas, terjadi usai pertandingan sekitar pukul 03.45 waktu setempat.
"Korban berusia 30 tahun, menderita luka ringan di tangannya setelah dipukul oleh para tersangka," jelas Kepala Kepolisian Shah Alam, Shafien Mamat.
"Korban telah mendapat perawatan medis di Rumah Sakit Shah Alam," ucap dia.
Shafien Mamat menambahkan, "Korban bersama sejumlah WNI lain yang menjadi suporter tengah menunggu sebuah bus untuk pulang. Kemudian, sekelompok pendukung tim Malaysia datang menghampiri sambil berbuat onar. Saat korban hendak melarikan diri, ia kemudian diserang."
Kepolisian Shah Alam tengah menyelidiki kasus tersebut sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Saksikan juga video menarik berikut ini: