Kiamat Akan Terjadi pada 23 September 2017? Ini Penjelasan NASA

Planet Nibiru penyebab kiamat akan datang pada 23 September 2017 berdasarkan prediksi dan perhitungan pria bernama David Meade.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 20 Sep 2017, 18:20 WIB
Diterbitkan 20 Sep 2017, 18:20 WIB
Kiamat kecil di Bumi purba (2)
Ilustrasi semburan sinar gamma (gamma-ray burst, GRB) dari suatu supernova yang sedang akan mati. (Sumber Wikimedia Commons)

Liputan6.com, Houston - Ramalan kiamat soal kehancuran Bumi kembali beredar. Kali ini, prediksi itu dilontarkan oleh David Meade. Ia mengatakan, tepat 23 September 2017, Nibiru akan datang dan Bumi akan hancur.

Ramalan Meade diikuti dengan rekaman di situs berbagi video oleh kelompok evangelis Kristen yang meramalkan Rapture atau Pengangkatan, viral di dunia maya dengan judul September 23, 2017: You Need to See This.

Ada alasan Meade meramalkan kiamat 23 September 2017 yaitu berdasarkan ayat dan kode angka di Alkitab. Meade tertuju pada angka 33.

"Yesus hidup selama 33 tahun, nama Elohim, yang merupakan nama Tuhan bagi orang Yahudi, disebutkan 33 kali dalam Alkitab," kata Meade kepada The Washington Post.

"Angka itu sangat penting secara numerologis. Saya sedang berbicara astronomi. Saya sedang berbicara Alkitab ... dan menggabungkan keduanya," lanjutnya.

Dan 23 September adalah 33 hari sejak Gerhana Matahari 21 Agustus lalu, yang menurut Meade merupakan pertanda. Penulis Planet X – The 2017 Arrival itu mendeskripsikan Nibiru akan datang menghancurkan Bumi.

Prediksi Meade adalah konspirasi Nibiru paling baru. Teori planet itu mengemuka tahun 1970-an di mana kiamat akan datang pada tahun 2003. Namun, planet tak kunjung tiba dan kehidupan berjalan terus.

Lalu, ramalan kiamat tercetus lagi pada 2012. Dan lagi-lagi, tidak terjadi. Menurut Meade, kali ini Nibiru alias Planet X benar-benar datang pada Sabtu mendatang 23 September 2017 untuk menghancurkan Bumi.

Namun, semua omongan Meade dimentahkan oleh ilmuwan NASA, David Morisson.

"Tak ada bukti sahih tentang keberadaan Nibiru. Tak ada foto, tak ada jejak, tak ada penglihatan astronomi," kata Morrison dalam video yang diunggah NASA, seperti dikutip dari Express.co.uk, Rabu (20/9/2017).

"Saya bisa bilang secara spesifik bagaimana Planet X atau Nibiru pada dasarnya tidak ada dan tidak mengancam Bumi," lanjutnya.

Menurut peneliti senior di Solar System Exploration Research Virtual Institute (SSERVI) NASA, jika memang ada planet menghampiri tata surya dalam dan mendekati Bumi, tentunya planet itu sudah berada di orbit Mars.

"Itu tentu akan cerah, dan kita di Bumi bisa melihat dengan mata telanjang," lanjut Morrison.

"Yang gilanya lagi, orang-orang itu katanya telah melihatnya, tapi tidak pernah memberi tahu kami untuk bisa kami verifikasi," ujar doktor lulusan Harvard University itu

Morrison juga mengatakan jika Nibiru adalah planet dengan massa yang besar, jelas akan mengganggu orbit Mars dan Bumi.

"Kami akan melihat perubahan pada orbit tersebut karena benda nakal ini masuk ke tata surya bagian dalam. Tapi, tidak ada perubahan apapun," lanjutnya.

"Ketiga, jika objek ini datang melalui tata surya di masa lalu, gravitasinya akan mengacaukan orbit planet dalam - Bumi, Venus, Mars, mungkin akan menghancurkan Bulan sepenuhnya," beber Morrison.

Morisson menegaskan, hingga saat ini sistem tata surya dalam masih baik-baik saja, dan Bulan masih berputar mengelilingi Bumi.

"Dengan hidup kita yang stabil ini membuktikan tak ada planet lain datang... setidaknya dalam satu juta tahun mendatang," tegas Morrison.

"Jadi, tolonglah hentikan omong kosong ini. Nibiru tidak nyata, Planet X tidak ada. Kita tak perlu khawatir soal hoax ini," tutup Morrison.

 

 

Fakta Planet Nibiru

Sudah lama Nibiru dituduh jadi biang keladi terjadinya kiamat. Konon, objek yang disebut juga sebagai 'Planet X' itu akan menabrak Bumi.

Akibatnya, ia akan menghentikan rotasi, membalik kutub utara ke selatan, mengganggu inti planet ini, membuat kerak Bumi guncang, dan akhirnya menyudahi peradaban umat manusia.

Seperti dikutip dari Metro, penulis Zecharia Sitchin kali pertama menulis Nibiru dalam bukunya 'The 12th Planet' yang rilis pada 1976 lalu. Konon, planet itu dihuni alien cerdas, Annunaki -- yang kata dia, menciptakan ras manusia.

Dan, adalah Nancy Lieder yang mencetuskan Nibiru sebagai pemicu malapetaka pada tahun 1995. Ia mengaku tahu keberadaan planet yang besarnya 4 kali Bumi itu dari makhluk ekstraterestrial di sistem Zeta Reticuli.

Ramalan pertamanya bahwa 'akhir dunia' pada 2003 gagal total, kemudian dimundurkan pada 2010, lagi-lagi keliru.

Di tengah maraknya isu kiamat Suku Maya, Nibiru kembali tenar. Namun ketika tak ada apapun yang terjadi pada 21 Desember 2012, ia kembali terlupakan.

Belakangan, isu terjadinya kiamat yang dipicu Nibiru kembali mengemuka -- setelah desas-desus 'kiamat' 29 Juli palsu belaka.

Pencetus teori konspirasi mengaitkan Planet X tersebut -- yang konon makin mendekati Bumi -- dengan fenomena "blood-moon" atau bulan merah darah yang terjadi pada 2016.

Sebuah saluran situs berbagi video mengklaim, penampakan Nibiru yang berada di samping blood moon telah tertangkap kamera untuk pertama kalinya di Pennsylvania, Amerika Serikat.

Rekaman itu mengklaim, Nibiru lah yang sesungguhnya menyebabkan Bulan berubah warna menjadi merah -- yang membuat fenomena blood moon, yang sejatinya jarang, berulang beberapa kali tahun 2016.

Astronom NASA sekaligus manajer Program Objek Dekat Bumi di Laboratorium Jet Propulsion, Don Yeomans mengatakan, "Tak ada bukti tentang keberadaan Nibiru," kata dia.

Dugaan bahwa Nibiru bersembunyi di balik Matahari, juga disanggah. "Kalau benar ia tak bisa selamanya berada di balik Matahari, semestinya kita sudah melihatnya bertahun-tahun lalu."

Bagaimana dengan tudingan bahwa NASA dan para astronom bersekongkol untuk menyembunyikan keberadaan Nibiru? "Tak ada satu cara pun di muka bumi ini untuk memaksa para astronom diam."

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya