Xi Jinping Resmi Jabat 2 Periode, Kim Jong-un Ucapkan Selamat

Dalam kongres nasional Partai Komunis ke-19, Presiden Xi resmi dinyatakan kembali memimpin China dalam lima tahun mendatang.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 26 Okt 2017, 10:04 WIB
Diterbitkan 26 Okt 2017, 10:04 WIB
Kim Jong-Un Kunjungi Pabrik Sepatu
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un mengecek sepatu saat mengunjungi pabrik sepatu Ryuwon di Pyongyang 19 Oktober 2017. (AFP Photo/KCNA Via KNS/Str/South Korea Out/Republic Of Korea Out)

Liputan6.com, Pyongyang - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengirim ucapan selamat kepada Presiden China, Xi Jinping. Melalui kongres nasional Partai Komunis ke-19, Xi kembali dinobatkan sebagai pemimpin Tiongkok untuk periode kedua.

Dalam ucapan selamat yang dinilai "langka" tersebut, Kim Jong-un berharap agar Xi meraih sukses besar sebagai kepala negara. Selama ini, pemimpin Korut terbilang jarang merilis pesan pribadi. Terlebih, saat ini China tengah mendapat tekanan dari dunia internasional untuk berbuat lebih banyak demi meredam ambisi nuklir dan rudal Korut.

"Ini merupakan keyakinan bahwa hubungan antara kedua belah pihak dan kedua negara akan berkembang demi kepentingan rakyat satu sama lain," ungkap media Korut mengutip sebuah pesan yang disampaikan oleh Kim Jong-un seperti dilansir kantor berita Reuters, Kamis (26/10/2017).

"Rakyat Tiongkok telah memasuki jalan pembangunan sosialisme dengan karakteristik China di 'era baru' di bawah bimbingan Xi," kata Kim Jong-un.

Laporan ucapan selamat dari Kim Jong-un ini muncul setelah China mengakhiri kongres Partai Komunis yang berlangsung selama satu pekan. Kongres tersebut sejatinya untuk meluncurkan jajaran pimpinan baru Negeri Tirai Bambu, namun sosok pengganti Xi tidak ditunjuk.

China merupakan satu-satunya sekutu utama Korut. Beijing menyumbang lebih dari 90 persen nilai perdagangan kepada Korut.

Beberapa saat terakhir, sejumlah negara termasuk Amerika Serikat meningkatkan upaya untuk mengekang ambisi nuklir dan rudal Korut yang diklaim dapat menjangkau wilayah AS.

Tingkok telah menegaskan bahwa pihaknya akan memberlakukan sanksi DK PBB dengan keras terhadap Korut, termasuk di antaranya larangan impor batu bara, tekstil dan makanan laut serta di lain sisi memangkas pengiriman minyak ke Korut.

Ucapan Selamat dari Donald Trump

Selain Kim Jong-un, ucapan selamat juga disampaikan Donald Trump.

"Bicara dengan Presiden Xi untuk menyelamati pengangkatannya yang luar biasa. Juga berdiskusi tentang NoKo (Korea Utara) & perdagangan, dua hal yang sangat penting," tulis Trump di media sosial Twitter pada 25 Oktober.

Dalam kicauan berikutnya, ia mengatakan, "Melania dan saya dijadwalkan bertemu dengan Presiden Xi dan Nyonya Peng Liyuan di China dalam dua pekan ke depan melalui lawatan yang diharapkan jadi sebuah sejarah!"

Seperti dikutip dari The Independent pada Kamis, 26 Oktober, hasil Kongres Nasional Partai Komunis China juga menetapkan lima pejabat baru untuk membantu Presiden Xi menjalani lima tahun masa jabatan keduanya.

Sejumlah pengamat menilai, Xi yang diberikan mandat baru dalam kongres partai merupakan pemimpin terkuat sejak Mao Zedong, pendiri Tiongkok. Mao memimpin Partai Komunis sejak kendaraan politik itu didirikan pada 1949 hingga kematiannya pada 1976.

China merupakan negara satu partai yang kerap dikritik atas dugaan pelanggaran HAM adalah mitra dagang penting bagi Negeri Paman Sam. Pada April lalu, Trump menjamu Xi di resor mewahnya, Mar-a-Lago di Palm Beach, Florida.

Menurut seorang pakar politik China di Boston University, Joseph Fewsmith, fakta bahwa tidak seorang pun ditunjuk sebagai penerus Xi merupakan indikasi yang jelas akan ambisi jangka panjang pemimpin Tiongkok itu.

"Ini menunjukkan bahwa Xi mungkin akan menjalani masa jabatan ketiga dan kemungkinan ia akan menunjuk langsung penggantinya. Kita belum pernah melihat peristiwa seperti itu dalam dua dekade terakhir," papar Fewsmith.

Beberapa laporan menyebutkan seiring dengan ditambatkannya nama serta ideologi Xi di konstitusi partai maka sosok Xi kini setara dengan pemimpin Mao dan Deng Xiaoping. Xi diyakini berusaha menjadikan Tiongkok sebagai negara superpower dan pada saat bersamaan ia menolak "tradisi" Barat soal demokrasi dan kebebasan berbicara.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya