Badan Nuklir Deteksi Adanya Kabut Radioaktif di Eropa, Berbahaya?

Lembaga keselamatan nuklir Prancis mendeteksi adanya kabut polusi radioaktif yang tersebar di Eropa dalam beberapa minggu terakhir.

oleh Citra Dewi diperbarui 10 Nov 2017, 12:31 WIB
Diterbitkan 10 Nov 2017, 12:31 WIB
Ilustrasi fasilitas nuklir
Ilustrasi (iStock)

Liputan6.com, Paris - Adanya kabut polusi radioaktif yang tersebar di sebagian besar negara-negara di Eropa dalam beberapa minggu terakhir, mengindikasikan bahwa telah terjadi kecelakaan di fasilitas nuklir. Hal tersebut disampaikan oleh lembaga keselamatan nuklir Prancis, L'Institut de Radioprotection et de Sûreté Nucléaire (IRSN).

Dalam sebuah pernyataan, IRSN mengatakan bahwa pihaknya tak dapat menentukan lokasi terlepasnya bahan radioaktif. Namun berdasarkan pola cuaca, hal itu diduga terjadi di selatan Pegunungan Ural.

Atas dasar tersebut, IRSN menduga bahwa Rusia atau Kazakhtan yang berada di balik penyebaran polusi radioaktif tersebut.

"Pihak berwenang Rusia mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui adanya kecelakaan (radioaktif) di wilayah mereka," ujar Direktur IRSN Jean-Marc Peres. Ia menambahkan bahwa pihaknya belum menghubungi pemerintah Kazakhstan.

Dikutip dari The Guardian, Jumat (10/11/2017), seorang juru bicara Kementerian Situasi Darurat Rusia mengatakan, ia tak bisa segera berkomentar atas kejadian tersebut.

Peres mengatakan bahwa dalam beberapa minggu terakhir IRSN dan sejumlah institusi keamanan nuklir di Eropa telah mendeteksi adanya rutenium 106, nuklida radioaktif -- atom yang tidak stabil -- yang merupakan produk dari pemisahan atom dalam reaktor nuklir dan tidak terjadi secara alami.

IRSN memperkirakan bahwa kuantitas rutenium 106 cukup besar, yakni sebesar 100 hingga 300 Terabecquerel (TBq). Jika pelepasan rutenium dalam jumlah tersebut terjadi di Prancis, orang-orang yang berada beberapa kilometer di sekitar lokasi kejadian harus dievakuasi.

 

Berbahaya?

IRSN mengatakan bahwa kemungkinan kecelakaan berada di tempat pengolahan bahan bakar nuklir atau pusat pengobatan radioaktif.

Pihaknya mengesampingkan bahwa kecelakaan itu terjadi di reaktor nuklir. Pasalnya, tak ada kontaminasi rutenium 106 dengan zat lain.

Mereka juga mengesampingkan kemungkinan jatuhnya satelit bertenaga rutenium, setelah Institute of Advanced Engineering and Science (IAES) menyimpulkan bahwa tidak ada satelit bertenaga rutenium yang jatuh ke Bumi dalam beberapa waktu terakhir.

Pengukuran dari sejumlah pusat pengamatan di Eropa menunjukkan bahwa rutenium 106 dalam jumlah tinggi di atmosfer sebagian besar negara Eropa terjadi pada awal Oktober. Namun, penurunannya telah stabil sejak 6 Oktober.

Meski memancarkan zat radioaktif, IRSN mengatakan bahwa konsentrasi rutenium 106 di udara Eropa tidak berdampak bagi kesehatan manusia dan lingkungan.

Institut tersebut juga mengatakan bahwa kemungkinan tercemarnya makanan, terutama jamur, oleh rutenium 106 di dekat lokasi kecelakaan sangat rendah.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya