Terkuak, Penguin Purba Ternyata Sama Besarnya dengan Manusia

Temuan terbaru mengungkapkan bahwa penguin di masa lalu tak selucu yang bisa Anda saksikan saat ini...

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Des 2017, 08:42 WIB
Diterbitkan 14 Des 2017, 08:42 WIB
Ilustrasi penguin purba
Ilustrasi penguin purba (Gerald Mayr/Senckenberg Research Institute via AP)

Liputan6.com, Selandia Baru - Penguin yang kita kenal adalah hewan yang jalannya bergoyang-goyang dan kerap muncul sebagai tokoh menggemaskan dalam komik atau film anak-anak.

Contohnya adalah karakter populer seperti Chilly Willy atau sekelompok penguin yang bertingkah bak detektif dalam film Madagascar -- Skipper, Rico, Kowalski dan Private. Mayoritas kita mungkin setuju kalau unggas yang tinggal di cuaca dingin ini memang lucu.

Namun, dalam jurnal Nature Communication, potongan sisa tulang (penguin) yang ditemukan di Selandia Baru menunjukkan bahwa penguin pada Zaman Paleosen tidak selucu Chilly Willy. Demikian seperti dikutip dari CNN pada Kamis (14/12/2017).

Zaman Paleosen adalah zaman dalam sejarah perkembangan kulit bumi, kira-kira dari 65 juta tahun sampai dengan 50 juta tahun yang lalu.

Temuan burung itu dinamakan Kumimanu Biceae. Dalam bahasa Maori, kumi berarti besar dan monster mitologi yang menakjubkan, serta manu yang memiliki arti burung.

Sedangkan nama biceae diberikan untuk menghormati Beatrice "Bice" A. Tennyson, yaitu ibu dari penulis studi ini, Alan J. D. Tennyson.

Dengan tinggi yang hampir sama dengan manusia dewasa, sekitar 1,77 meter, burung purba ini dapat melihat mata Anda secara langsung. Hewan ini juga memiliki berat badan sekitar 101 kg, hampir sama dengan aktor Vin Diesel dan Presiden AS Donald Trump.

Jika dibandingkan dengan penguin modern, rata-rata penguin kaisar dapat mencapai berat hingga 40 kg dan tinggi sekitar 1,2 m.

Fosil bagian tulang dari penguin purba tersebut diperkirakan datang dari 59,5 juta hingga 55 juta tahun yang lalu, membuat tulang ini sebagai fosil dari penguin raksasa tertua yang pernah ditemukan. Penemuan ini juga mengubah pandangan kita tentang wujud awal penguin.

Tulang tersebut diidentifikasi oleh tim ahli paleontologi terkemuka, termasuk Gerald Mayr, seorang ahli burung zaman kuno yang juga pernah mengidentifikasi fosil burung hummingbird modern di Eropa pada 2004.

"Itu (hummingbird) juga merupakan penemuan yang sangat menarik, tetapi pers populer internasional tidak terlalu memperhatikannya. Rupanya hanya penguin yang mendapat perhatian besar dari media," canda Mayr, seorang kurator ornitologi di Germany's Senckenberg Research Institute.

Ornitologi adalah cabang dalam ilmu biologi yang secara khusus mempelajari mengenai burung. Di mana ilmu ini mencakup beberapa hal seperti deskripsi, klasifikasi, penyebaran dan mengenai kehidupan burung itu sendiri.

 

Perbedaan Penguin Zaman Purba dengan Penguin Era Kini

Ilustrasi anak-anak penguin Adelie
Ilustrasi anak-anak penguin Adelie (Creative Commons)

Mayr berpendapat, tidak seperti sekarang, penguin pada Zaman Purba memiliki paruh yang lebih panjang. Berdasarkan dari bulu penguin yang ditemukan di Peru, para ilmuwan percaya bahwa warna bulu penguin Zaman Paleosen ini adalah cokelat, bukan hitam-putih seperti sekarang.

Seperti yang kita ketahui, penguin tinggal di tempat dengan iklim dingin, berbeda dengan penguin purba yang masih dapat bertahan hidup di iklim subtropis. Menurut studi, gigantisme pada penguin dipercayai sudah ada lebih awal dari yang diperkirakan, kemungkinan tak lama setelah penguin menjadi penyelam yang tak dapat terbang.

Profesor R. Ewan Fordyce seorang ahli penguin purba dari University of Otago, Selandia Baru, mengatakan bahwa penemuan ini sangat signifikan dan menunjukkan sejarah menarik seputar penguin.

"Mereka (penguin) adalah binatang yang sangat impresif," kata Fordyce yang tidak terlibat dalam penemuan terbaru ini.

Para ilmuwan masih belum mengetahui tepatnya mengapa penguin sebesar manusia tidak ada lagi sekarang, tetapi ada beberapa teori yang muncul.

Menurut temuan terdahulu, kemusnahan mereka bersamaan dengan munculnya mamalia laut seperti anjing laut atau singa laut, yang kemungkinan saling berkompetisi untuk mendapatkan makanan. Tetapi bisa juga karena adanya predator laut seperti paus bergigi yang terus memangsa mereka sampai punah.

"Hal menarik dari temuan ini adalah penguin (purba) telah hidup tak lama setelah kepunahan dinosaurus, dan (penemuan) ini dapat memberitahukan kita lebih banyak (informasi) tentang sejarah evolusi binatang (penguin) secara keseluruhan," kata Fordyce.

"Sekarang, mereka (penguin) terlihat lucu seperti pria kecil dengan tuksedo, tapi dalam kasus ini, mereka adalah pria besar. Kesimpulannya, penguin selalu terlihat keren," imbuh Fordyce. (Affifa Zahra)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya