Kicauan Pertama Donald Trump pada 2018: Pakistan Penipu

Donald Trump menyebut Pakistan pembohong dan mengelabui AS demi menerima miliaran dolar untuk bantuan asing dalam tweet pertama 2018.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 02 Jan 2018, 11:07 WIB
Diterbitkan 02 Jan 2018, 11:07 WIB
Kicauan Donald Trump Pertama pada 2018: Pakistan Penipu
Kicauan Donald Trump Pertama pada 2018: Pakistan Penipu (SAUL LOEB / AFP)

Liputan6.com, Washington DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump memulai tahun baru 2018 dengan sebuah kicauan di akun Twitter pribadinya. Bukan memberi selamat menyambut awal baru baru, melainkan "menyerang" negara lain. Kali ini Pakistan jadi sasaran.

Dalam Twitternya yang diunggah pada pukul 19.12 waktu AS, Trump menyebut Pakistan pembohong dan penipu karena mengelabui AS demi menerima miliaran dolar untuk bantuan asing.

Selain itu, Trump juga menuduh Pakistan menampung teroris.

"AS sangat bodoh sekali, memberikan Pakistan lebih dari US$ 33 miliar bantuan kepada mereka selama 15 tahun. Namun, mereka tak memberikan apa pun kecuali kebohongan dan menipu AS. Mereka anggap pemimpin kita semua bego. Mereka melindungi teroris yang selama ini diburu AS di Afghanistan. Tidak lagi-lagi!" kicau Trump dalam akunnya, seperti dikutip dari BBC pada Selasa (2/1/2018).

AS mempertimbangkan untuk menahan lebih dari US$ 250 juta bantuan kepada Pakistan pada bulan Agustus 2017.

Langkah tersebut diambil karena AS menganggap Pakistan gagal menindak secara lebih efektif terhadap kelompok-kelompok teror, The New York Times melaporkan.

Pakistan pun marah terhadap tweet tersebut, dengan mengatakan bahwa semua dana tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Mereka menuding Donald Trump berkata pahit karena "kekalahan AS di Afghanistan".

Menteri Luar Negeri Pakistan Khawaja Asif mengatakan kepada Geo TV, "Kami telah mengatakan kepada AS bahwa kami tidak akan berbuat lebih banyak, sehingga Trump "tidak lagi" penting."

"Pakistan siap mengumumkan setiap detail bantuan AS yang telah diterimanya."

Duta Besar AS untuk Pakistan David Hale dipanggil ke kantor kementerian luar negeri untuk menindaklanjuti ucapan Donald Trump di situs microblogging tersebut.

Menteri Pertahanan Khurram Dastgir Khan juga beraksi di Twitter, menulis "AS telah memberi Pakistan tidak lain kecuali cercaan dan ketidakpercayaan".

Duta Besar Afghanistan untuk AS Hamdullah Mohib dan mantan Presiden Afghanistan Hamid Karzai menyambut baik tweet terbaru Trump.

Karzai mengatakan tweet Donald Trump mencerminkan adanya "posisi ganda Pakistan selama 15 tahun terhadap Afghanistan".

"Perang melawan teror Pakistan adalah mengebom desa-desa kami, juga memberikan perlindungan bagi mereka yang telah menghancurkan Afghanistan."

 

Donald Trump Kerap Kritik Pakistan

Intip Proses Pencetakan Foto Donald Trump yang Diedarkan ke Seluruh Dunia
Pekerja di kantor penerbitan pemerintah AS, Ronny Varnell membawa foto Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang akan dikemas dan diedarkan di Washington DC (4/12). (Chip Somodevilla/Getty Images/AFP)

Semenjak dahulu, Donald Trump telah mengkritik Pakistan karena telah menawarkan "tempat yang aman" bagi para teroris.

Dalam sebuah pidato di bulan Agustus, dia mengatakan, "Kami telah membayar miliaran dan miliaran dolar kepada Paksitan, dan pada saat bersamaan, mereka menjadi tempat tinggal para teroris yang selama ini kami lawan dan buru."

"Sudah saatnya Pakistan menunjukkan komitmennya terhadap peradaban, ketertiban, dan perdamaian," katanya.

Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson juga telah memberikan tekanan pada Pakistan atas dukungannya terhadap Taliban di Afghanistan.

AS adalah sekutu kunci negara tersebut, yang menikmati status khusus sebagai mitra aliansi non-NATO.

Namun, Tillerson mengatakan bahwa dana bantuan "dapat diberikan selama ada diskusi."

"Namun, sebenarnya Pakistan tidak mau mengubah sikap mereka atau mengubah pendekatan mereka terhadap bagaimana mereka berurusan dengan banyak organisasi teroris yang menemukan tempat yang aman di Pakistan".

Ada jutaan dolar bantuan AS kepada Pakistan yang ditahan. Langkah itu diambil Washington karena diduga Islamabad tidak mengambil tindakan yang cukup terhadap afiliasi Taliban, Haqqani.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya