Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump melalui salah satu laman elektronik resmi Partai Republik AS, telah mengumumkan pemenang Fake News Awards -- yang sarat kontroversi -- pada Rabu, 17 Januari 2018 malam waktu setempat.
Sang presiden pun turut menautkan laman situs tersebut dalam salah satu twit yang ia unggah lewat akun Twitter pribadinya, @realDonaldTrump.
"Tahun 2017 adalah tahun yang tak henti-hentinya dengan bias, peliputan yang tak berimbang, dan berita yang jelas-jelas palsu," tulis sepenggal kalimat pembuka yang dikutip dari laman resmi partai Republik, GOP.com (18/1/2018).
Advertisement
Baca Juga
Lebih lanjut, laman itu menulis, "Studi menunjukkan, lebih dari 90 persen peliputan media terhadap Presiden Trump justru (berkonotasi) negatif."
"Berikut, (daftar) pemenang Fake News Awards 2017," lanjut laman GOP.com.
Daftar tersebut berisi 10 media dan jurnalis yang dalam periode 2017 mewartakan pemberitaan yang -- setidaknya menurut kacamata Donald Trump -- keliru dan berkonotasi negatif.
Seluruh media yang masuk dalam daftar itu -- berdasarkan penilaian mediabiasfactcheck.com -- merupakan media berhaluan kiri-liberal. Mereka juga diketahui rajin mengkritik kubu politik kanan-konservatif dan Partai Republik dalam sejumlah pewartaannya.
The New York Times...
Penghargaan "Fake News Award" nomor pertama jatuh kepada kolumnis untuk The New York Times, Paul Krugman -- pemenang Nobel Bidang Ekonomi tahun 2008.
Dalam salah satu kolom yang ia tulis dan dipublikasikan oleh TNYT, Krugman pernah mengklaim bahwa "pasar tak akan pernah pulih selama masa kepresidenan Trump", mengindikasikan anjloknya perekonomian AS di bawah kepemimpinan "sang miliarder nyentrik".
Artikel itu ditulis oleh Krugman beberapa saat usai Donald Trump -- secara mengejutkan -- berhasil memenangi Pilpres AS 2016.
ABC News...
Di urutan kedua, Fake News Awards jatuh kepada jurnalis ABC News, Brian Ross, yang pernah keliru melakukan pewartaan terhadap Trump terkait skandal keterlibatan Rusia dalam Pilpres AS 2016 (alias "Russian Meddling")
Kala itu, Ross menyebut bahwa pada Pilpres 2016, Trump mengarahkan Michael Flynn (yang kemudian diangkat dan dicopot dari jabatannya sebagai Penasihat Keamanan Nasional Michael Flynn) untuk melakukan kontak dengan Rusia.
Akibat peliputan keliru itu, Ross dipindah ke penugasan yang berbeda oleh pihak manajemen ABC News.
Kendati demikian, beberapa bulan setelahnya, nama Flynn ikut terseret dalam pusaran penyelidikan skandal Russian Meddling yang dipimpin oleh Penyelidik Khusus Robert Mueller.
Mueller menyebut bahwa Flynn memberikan kesaksian palsu kepada Biro Investigasi Federal AS (FBI) ketika biro menyelidiki soal pertemuannya dengan diplomat Rusia di Washington DC, jelang inagurasi kepresidenan Trump pada Januari 2017.
Â
Advertisement
CNN, The Washington Post, Newsweek...
Daftar itu juga menyorot sejumlah media AS yang melakukan pewartaan "keliru" terhadap Trump.
Time misalnya, pernah menulis bahwa Trump, yang baru menduduki kursi Oval Office Gedung Putih, dengan segera memindahkan patung kepala Martin Luther King Jr yang sebelumnya ada di ruangan tersebut ke ruangan lain di Gedung Putih.
Akan tetapi, dalam laman GOP.com, tampak sebuah foto milik Fox News yang menunjukkan Trump berdiri dengan patung kepala yang dimaksud di Oval Office.
CNN -- yang kerap menjadi langganan disematkan status "Fake News" olah Trump -- juga tak luput dari daftar Fake News Awards itu.
"CNN memodifikasi video agar tampak seolah Presiden Trump memberi makan ikan secara berlebih, dalam sebuah seremoni dengan Perdana Menteri Jepang. Padahal sebetulnya, PM Jepang telah memimpin terlebih dahulu memberi makan," tulis keterangan dalam daftar Fake News Awards menyinggung soal CNN.
The Washington Post dan Newsweek turut masuk dalam daftar Fake News Awards tersebut.
Â
Pemerintahan Trump Diklaim Menuai Hasil
Dalam bagian akhir, laman GOP.com yang merilis daftar Fake News Awards itu menjelaskan bahwa pemerintahan Trump justru menuai berbagai pencapaian, meski "sejumlah media menghabiskan 90 persen waktunya untuk mewartakan berita negatif atau palsu".
Pencapaian itu, seperti, "Perekonomian positif yang membuka 2 juta pekerjaan dan pemasukan sekitar US$ 8 triliun sejak Presiden Trump dilantik."
Atau, kelompok Afrika-Amerika dan Hispanik yang "menikmati rendahnya tingkat pengangguran terendah sepanjang riwayat sejarah".
"ISIS juga tengah menarik diri, setelah dihancurkan di Irak dan Suriah", turut menjadi salah satu hasil "capaian positif" pemerintahan Trump, menurut klaim GOP.com.
Termasuk, "Janji Presiden Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan menginstruksikan Kementerian Luar Negeri untuk merelokasi Kedutaan AS (ke Yerusalem)."
Advertisement