Donald Trump Akan Menganugerahi 'Fake News Awards' untuk Media AS

Sebagai aksi sindiran, Donald Trump akan mengumumkan penganugerahan terhadap media AS yang dianggapnya buruk dan tak jujur.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 03 Jan 2018, 17:34 WIB
Diterbitkan 03 Jan 2018, 17:34 WIB
Jadi Sinterklas, Donald Trump dan Istri Sibuk Dengarkan Permintaan Anak-Anak
Presiden AS Donald Trump tersenyum saat berbicara di telepon pada malam natal di Palm Beach, AS (24/12). Donald Trump dan istrinya sibuk berbicara di telepon dengan anak-anak saat mengiktui NORAD Tracks Santa. (AFP Photo/Nicholas Kamm)

Liputan6.com, Washington, DC - Melalui Twitter, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan akan memberikan 'penganugerahan Fake News Awards' pada Senin, 8 Januari 2017 mendatang.

Trump berencana akan menganugerahkan penghargaan itu kepada media Amerika Serikat yang menurut penilaiannya menyampaikan 'reportase yang tak jujur dan buruk'. Demikian seperti dikutip dari media liberal Australia, SBS News, Rabu (3/1/2017).

"Saya akan mengumumkan MEDIA YANG PALING TIDAK JUJUR DAN KORUP UNTUK TAHUN INI pada Senin (8 Januari) pukul 05.00 (waktu setempat)," tulis Trump dalam akun Twitter pribadinya, @realDonaldTrump, Rabu, 3 Januari 2017.

"(Anugerah itu) akan meliputi reportase yang tak jujur dan buruk dalam berbagai kategori yang disampaikan oleh Media Berita Palsu (Fake News Media). Tunggu saja," lanjut @realDonaldTrump.

Fake News Media Menurut Definisi Donald Trump

'Reportase yang tak jujur dan buruk' adalah cara Trump menghujat sejumlah pemberitaan media AS yang intens mengkritik kebijakan pemerintahan dan menyoroti sikap eksentrik dirinya.

Sementara itu, 'Fake News Media' adalah cara sang presiden untuk mengategorikan media yang mempublikasikan pemberitaan tersebut. Kebanyakan di antara media itu diketahui berhaluan left-centre, liberal, anti-konservatif, dan selaras dengan -- atau setidaknya minim mengkritik -- agenda Partai Demokrat AS, oposisi pemerintah.

Seperti misalnya, The New York Times, CNN, ABC News, CBS dan NBC News.

"Para Media Berita Palsu, (@nytimes, @NBCNews, @ABC, @CBS, @CNN) bukan musuh saya (saja), namun musuh bagi rakyat Amerika Serikat," tulis @realDonaldTrump pada 17 Februari 2017 lalu.

Sedangkan media yang menjadi preferensi Donald Trump adalah Fox News, yang diketahui berhaluan right-centre, pro-konservatif, dan selaras dengan -- atau setidaknya minim mengkritik -- agenda Partai Republik AS, partai pengusung sang miliarder nyentrik.

"@Fox News LEBIH penting di AS ketimbang CNN. Tapi di luar AS, CNN International menjadi sumber berita (palsu) yang besar, dan mereka merepresentasikan negara kita ke DUNIA dengan sangat buruk," tulis @realDonaldTrump pada 25 November 2017.

Pihak Fox News sendiri merespons secara resiprokal keberpihakan Trump terhadap mereka.

Merespons twit Donald Trump, komentator politik untuk Fox News, Sean Hannity menulis dalam akun Twitternya, "(Pemirsa Fox News) Akan disuguhkan reportase investigatif dan apa yang media korup TIDAK katakan kepada Anda tentang pencapaian Presiden (Trump)."

Hubungan 'Rumit' antara Trump dengan Para 'Fake News Media'

Jadi Sinterklas, Donald Trump dan Istri Sibuk Dengarkan Permintaan Anak-Anak
Presiden Donald Trump berbicara dengan anak-anak di telepon saat mereka mengiktui NORAD Tracks Santa di Palm Beach, AS (24/12). Acara NORAD Tracks Santa ini mengandalkan sukarelawan untuk menerima telepon dari anak-anak. (AP Photo/Carolyn Kaster)

Seperti dikutip dari NDTV, Presiden AS Donald Trump memiliki hubungan yang rumit dan komplikatif dengan media di negaranya sendiri selama hampir satu tahun masa jabatannya.

Sepanjang tahun lalu, POTUS telah menuduh beberapa jaringan berita dan terbitan surat kabar di AS mendistorsi fakta tentangnya, pemerintahannya dan sejumlah isu yang melibatkan dirinya.

Seperti, serangan individu ultra-nasionalis di Charlottesville, investigasi FBI tentang relasi Trump - Rusia, hubungan AS - Korea Utara, dan Tweet retorika agresifnya terhadap Kim Jong-un.

Dikritik Sering Berkoar di Twitter, Ini Pembelaan Diri Donald Trump

Eks Tim Kampanye Trump Bocorkan Soal Rusia ke Diplomat Australia
Photo of the year 2017 AFP, foto Donald Trump diambil pada Januari 2017 (DOMINICK REUTER / AFP)

Dikutip dari laman The Telegraph, Minggu 2 Juli 2017, Trump melakukan pembelaan diri atas penggunaan jejaring media sosial miliknya. Ia mengklaim bahwa kicauan yang ia unggah bukanlah bagian dari tugasnya sebagai seorang presiden.

Trump mendapatkan kritik dari masyarakat luas setelah ia mencemooh seorang presenter bernama Mika Brzezinski. Melalui kicauannya di Twitter, Trump menuduh Mika mengalami pendarahan parah pasca-operasi plastik. Tak berhenti di situ saja, ia juga mengejek Mika dengan sebutan 'si bodoh seperti batu'.

Menanggapi cercaan dari pengguna Twitter lainnya, Trump malah membalas kritikan tersebut dan memperbaharui perseteruannya dengan CNN.

"Dasar media massa palsu dan penipu. Bekerja keras untuk meyakinkan orang lain agar saya tak boleh menggunakan media sosial. Tapi kalian harus ingat, saya telah memenangkan pemilihan presiden 2016 lewat wawancara, pidato dan media sosial. Saya harus mengalahkan #FakeNews, tentunya kami akan tetap menang," tulis @realDonaldTrump.

"Yang menggunakan media sosial bukanlah seorang presiden, melainkan diri saya secara pribadi. Ini membuktikan bahwa saya adalah seorang Presiden Modern. Jadikan Amerika Lebih Hebat Lagi," tambahnya.

Tak hanya melakukan pembelaan diri, Trump malah membahas perselisihannya dengan media CNN.

"Saya sempat berpikir untuk mengganti nama #FakeNews CNN menjadi #FraudNewsCNN," ujar Trump.

Media tersebut kerap menjadi sasaran serangan yang dilontarkan Trump. Aksi presiden AS itu kian menjadi-jadi setelah tiga wartawan CNN mengundurkan diri. Hal tersebut berkaitan dengan pemberitaannya tentang penyelidikan pertemuan antara Trump dan Kepala Dana Investasi Rusia sebelum pemilu.

Sementara itu, manajer kampanye Corey Lewandowski menyebut Trump seperti Ernest Hemingway (seorang novelis AS).

"Dia adalah Ernest Hemingway versi Twitter, ia telah menurunkan banyak lawan-lawannya hanya melalui kicauan Twitter saja," ujar Corey Lewandowski.

Trump memang dikenal sebagai sosok kontroversial. Penggunaan Twitter miliknya menyebabkan banyak kekisruhan. Termasuk kicauannya yang menyerang Wali Kota London, Sadiq Khan pasca-serangan teror di ibu kota Inggris tersebut. Tak hanya itu, melalui Twitter jugalah, ia menuduh Barack Obama telah menyadap Trump Tower kepunyaannya.

Menurutnya, Twitter adalah cara paling jitu untuk berkomunikasi dengan warganya. Sebab, ia melihat arus pemberitaan media kerap membuat pemberitaan yang bias.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya