Operasi 'Ranting Zaitun', Turki Bombardir Militan Kurdi di Suriah

Militer Turki lakukan serangan udara ke wilayah pertahanan kelompok militan Kurdi YPG di Suriah sejak Kamis lalu.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 21 Jan 2018, 14:06 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2018, 14:06 WIB
Angkatan Udara Turki lakukan serangan terhadap kawasan Afrin di utara Suriah - AFP
Angkatan Udara Turki lakukan serangan terhadap kawasan Afrin di utara Suriah - AFP

Liputan6.com, Afrin, Suriah - Sejumlah pesawat perang Turki lakukan serangan udara terhadap para pasukan Kurdi di utara Suriah, dan berpotensi meningkatkan ketegangan dengan Amerika Serikat (AS).

Dilansir dari laman CNN pada Minggu (21/1/2018), Turki berkeinginan mengusir para militan YPG, yang disebutnya sebagai kelompok teroris, dari wilayah Afrin di perbatasan selatan negara itu.

Kelompok YPG yang didukung oleh pemerintah AS mengatakan setidaknya sembilan orang dilaporkan tewas dalam serangan udara tersebut. Sementara itu, pasukan Rusia memilih menyingkir dari kawasan Afrin. Meski mengatakan tetap menaruh perhatian, mereka tidak ingin ikut campur tangan dalam konflik terkait.

Suriah menyebut serangan udara yang dilancarkan oleh Turki itu sebagai sebuah 'agresi' dan 'ancaman brutal'. Turki sendiri telah menyerang kawasan Afrin selama tiga hari terakhir, sejak beredar kabar akan dideklarasikannya sebuah operasi militer pada Sabtu, 20 Januari 2018.

Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, mengatakan bahwa pemerintah Turki telah memberitahu serangan terkait kepada seluruh partai politik setempat, termasuk notifikasi ke pemerintah Suriah. Namun, Suriah membantah pernyataan tersebut.

 

Operasi Militer Berjuluk Ranting Zaitun

20160826-Militer-Turki-Siap-Hadapi-ISIS-di-Suriah-Reuters
Tank tentara Turki berjalan ke perbatasan Turki-Suriah di Karkamis, Gaziantep, Turki, (25/8). di provinsi Gaziantep, Turki, (25/8). Militer Turki telah melakukan serangan tembakan ke wilayah yang dikuasai ISIS di daerah Jarablus. (REUTERS/Umit Bektas)

Pada hari Sabtu, Turki umumkan operasi militer di udara dan darat, berjuluk 'Ranting Zaitun', telah diluncurkan pada pukul 2 siang waktu setempat, dan menyasar pasukan Kurdi YPG dan kelompok ISIS.

Operasi militer itu disebut dilakukan dengan tetap menghormati integritas wilayah Suriah. Pernyataan resmi selanjutnya menyebut sebanyak 108 target militan Kurdi telah diserang.

Kelompok pro-Turki setempat, dikenal dengan nama Tentara Pembebasan Suriah, dilaporkan turut bergerak menuju kawasan Afrin untuk mendukung serangan udara terkait.

YPG mengklaim serangan yang dilancarkan oleh Turki setidaknya membunuh enam warga sipil dan tiga anggota pasukan, serta 13 lainnya mengalami luka serius.

Perdana Menteri Turki, Binali Yildirim, mengatakan kepada media bahwa Angkatan Darat akan turut serta dalam operasi terkait pada Minggu, 21 Januari 2018.

Militer Turki telah memborbardir Afrin sejak Kamis lalu, yang disebut sebagai balasan atas serangan tembak dari kawasan tersebut.

Serangan Turki Ancam Hubungan Baik dengan NATO

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam forum pertemuan darurat OKI di Istanbul
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam forum pertemuan darurat OKI di Istanbul (Emrah Yorulmaz/Pool Photo via AP)

Menjelang Sabtu petang, serangan udara Turki dimulai yang menyebabkan munculnya beberapa ledakan besar di kawasan Afrin. Sementara di darat, pasukan oposisi yang didukung oleh Turki, turut mengepung kawasan terkait secara gerilya.

Presiden Recep Tayyip Erdogan telah memerintahkan militer untuk menyapu bersih koridor wilayah yang dikuasari kelompok YPG, yakni dimulai dari kawasan Afrin dan berlanjut ke kota terdekat, Manbij. Presiden Erdogan mengatakan tidak ada yang bisa menebak kapan pastinya YPG akan menyerang Turki, sehingga lebih baik melemahkannya terlebih dahulu demi terjaganya kedaulatan Turki.

Namun, publik internasional menilai, serangan udara oleh Turki itu bisa berisiko buruk, terutama terkait beberapa hubungan diplomatik yang dilakukan dengan para anggota NATO, termasuk AS yang mendukung perjuangan kelompok YPG.

Adapun Rusia yang memiliki kuota pasukan di Suriah, memutuskan untuk berkonsultasi lebih dulu dengan PBB di Moskow dalam menyikapi serangan udara terkait.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya