Liputan6.com, Roma - Paus Fransiskus baru saja meminta maaf atas pernyataan yang dilontarkannya pekan lalu di Chile. Saat itu, ia membela seorang Uskup yang dituduh menutup-nutupi skandal pelecehan seksual di Gereja Katolik setempat.
Dilansir dari laman BBC, Selasa (23/1/2018), Paus Fransiskus menyadari bahwa kata-katanya menyinggung sebagian orang. Namun begitu, ia tetap pada keyakinan Juan Barros--uskup yang dituduh--tidak bersalah.
Advertisement
Baca Juga
Pernyataan maaf tersebut diucapkan Paus Fransiskus kepada wartawan di dalam pesawat yang membawanya terbang kembali ke Roma.
Pekan lalu, Paus sempat melontarkan pendapat bahwa tuduhan terhadap Uskup Barros adalah sebuah fitnah.
Pembelaan Paus Fransiskus tersebut menuai kritik keras dari berbagai pihak, termasuk salah satunya oleh Karidnal Sean O'Malley dari Boston, Amerika Serikat. Paus disebut oleh Karidnal O'Malley telah membuat para korban pelecehan seksual merasa diabaikan, dan tidak mendapat dukungan moril atas bencana yang menimpanya.
"Saya meminta maaf jika kata-kata saya tanpa sengaja telah menyakiti, tapi saya benar-benar tidak bermaksud seperti itu," ujar Paus pada Senin, 22 Januari 2018.
Uskup Barros sendiri belum ditetapkan sebagai tersangka, namun ia terbukti mengetahui pelecehaan seksual yang dilakukan oleh pendeta lainnya, Fernando Karima, terhadap beberapa anak laki-laki.
Ketika ditanya oleh media-media di Chile pada Kamis, 18 Januari 2018, Paus kelahiran Argentina itu berkata, "Jika mereka membawa bukti kuat tentang tuduhan terhadap Uskup Barros, saya akan langsung bersikap tegas. Namun, jika memang tidak ada bukti kuat, semua bisa menjadi fitnah. Apakah ini sudah jelas?"
Pernyataan Paus tersebut mendorong para keluarga korban untuk mengadakan konferensi pers, di mana mereka menyatakan kekecewaannya terhadap pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma itu. Mereka kecewa bahwa Paus lebih menitikberatkan pada "bukti", bukan dukungan moril terhadap anak-anak yang telah dilecehkan secara seksual.
"Ada banyak orang yang dillecehkan, tapi tidak dapat menunjukkan bukti, baik karena mereka tidak memilikinya, atau justru mereka memilih menyimpannya sendiri, menderita dalam diam," ujar Paus Fransiskus melanjutkan pernyataan maafnya.
Paus Dituntut Besikap Lebih Tegas
Pengunjuk rasa di Chile tidak terkesan dengan permintaan maaf yang disampaikan oleh Paus. Mereka menyebut hal itu tidak adil, karena bersifat tendensius, lebih mempercayai Uskup dibandingkan korban.
"Paus sekarang mengatakan bahwa ia menolak tuntutan pengunduran diri tertuduh atas alasan belum ada bukti jelas. Hal itu justru menambah luka bagi kami," ujar Juan Carlos Claret, juru bicara warga Osorno, kota tempat Barros dilantik menjadi Uskup.
"[Paus] meminta bukti, tapi para korban telah bersaksi, bukankah itu cukup? Ia meminta maaf, tapi apa dampak positifnya bagi kami? Kami butuh bukti tindakan, bukan hanya maaf, Barros harus mengundurkan diri," ucap Carlos.
Pada 2010, Pastor Karadima dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap banyak anak laki-laki di ibu kota Santiago. Perbuatan tidak senonoh itu terbukti dilakukan oleh Karadima sejak dekade 1980-an.
Ketika kasusnya terkuak, Vatikan pun memberikan sanksi tegas berupa pencopotan dirinya dari posisi pastor, yang oleh publik disindir sebagai "hukuman untuk rajin berdoa".
Karadima tidak pernah menghadapi tuntutan pidana di Chile karena proses investigasi yang berlarut-larut, dan upaya beberapa oknum Geraja Katolik setempat yang berusaha menutup-nutupinya.
Salah satu oknum yang berusaha melindungi tersebut adalah Barros, yang pada 2015 lalu, dilantik sebagai Uskup di kota Osorno. Namun, ia mendapat penolakan keras karena dituduh terlibat pada skandal terkait.
Advertisement