2050 Matahari Akan Alami Pendinginan Hebat, Berbahaya bagi Bumi?

Pada tahun 2050, Matahari diperkirakan akan mengalami pendinginan hebat. Oleh para ilmuwan, fenomena itu disebut dengan "grand minimum".

oleh Citra Dewi diperbarui 08 Feb 2018, 21:10 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2018, 21:10 WIB
Matahari
Foto permukaan Matahari (Foto: go.nasa.gov)

Liputan6.com, San Diego - Pada tahun 2050, Matahari diperkirakan akan mengalami pendinginan hebat. Oleh para ilmuwan, fenomena itu disebut dengan "grand minimum".

Pada titik puncaknya, fusi nuklir pada kekuatan inti Matahari mengeluarkan lebih banyak gelombang magnet ke atmosfernya. Hal tersebut membuat radiasi ultraviolet lebih banyak terpancar dan menghasilkan suar dan bintik Matahari.

Kebalikannya, dalam solar minimum, aktivitas Matahari yang biasanya meledak-ledak akan beristirahat. Permukaan Matahari pun menjadi lebih tenang.

Saat ini, para ilmuwan telah menjelajahi langit dan data-data untuk membuktikan bahwa akan terjadi peristiwa pendinginan yang lebih besar (grand minimum) dibanding siklus 11 tahunan itu (solar minimum).

Dikutip dari News.com.au, Kamis (8/2/2018), berdasarkan studi oleh ilmuwan tersebut, salah satu peristiwa pendinginan besar Matahari terjadi pada Abad ke-17.

Kala itu cuaca dingin terjadi antara 1645 hingga 1715 dan dijuluki sebagai "Maunder Minimum".

Sungai Thames di Inggris beku saat itu. Laut Baltik diselimuti es sehingga tentara Swedia berhasil menyeberanginya dan menginvasi Denmark pada 1658.

Namun pendinginan di Bumi akibat fenomena Matahari itu tak terjadi merata. Pola cuaca berbeda terjadi di Alaska dan Greenland.

 

 

Memprediksi Terjadinya Grand Minimum

Badai matahari (solar flare)
Badai matahari atau solar flare (NASA)

Catatan tersebut digabungkan dengan data selama 20 tahun yang dikumpulkan oleh misi satelit International Ultraviolet Explorer dan juga observasi ke bintang yang mirip Matahari.

Saat ini fisikawan dari University of Califronia San Diego, Dan Lubin, menghitung kapan peristiwa grand minimum akan terjadi.

Studi timnya, Ultraviolet Flux Decrease Under a Grand Minimum from IUE Short-wavelength Observation of Solar Analogs, telah dipublikasi di Astrophysical Journal Letters.

Mereka menemukan bahwa saat ini Matahari tujuh persen lebih dingin dibanding peristiwa minimum biasanya. Menurut mereka, grand minimum akan terjadi dalam beberapa tahun ke depan, tepatnya pada 2050.

Dampak Pendinginan Matahari terhadap Bumi

Bumi
Penampakan Bumi dilihat dari angkasa luar (apod.nasa.gov)

Pendinginan Matahari memiliki efek yang nyata terhadap planet-planetnya. Untuk Bumi, Lubin mengatakan bahwa lapisan ozon stratosfer yang akan menipis untuk pertama kali.

Hal itu berdampak pada efek isolasi atmosfer, termasuk perubahan besar pada pola angin dan cuaca. Namun, Lubin memperingatkan bahwa hal itu tak akan menghentikan tren pemanasan global.

"Efek pendinginan dari grand minimum hanya sebagian kecil dari efek pemanasan yang disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi karbon dioksida di atmosfer," demikian pernyataan dari tim peneliti.

"Setelah ratusan ribu tahun tingkat karbon dioksida tidak pernah melebihi 300 bagian per juta di udara, konsentrasi gas rumah kaca saat ini menjadi 400 bagian per juta, terus meningkat sejak Revolusi Industri."

Sebuah simulasi grand minimum menunjukkan bahwa peristiwa itu akan mengurangi pemanasan Matahari sebesar 0,25 persen dalam periode 50 tahun, yakni antara 2020 dan 2070.

Meski tahun-tahun awal suhu akan berkurang beberapa derajat Celsius, pengurangan itu akan disusul oleh tren pemanasan global.

"Grand minimum memang bisa memperlambat tapi tak menghentikan pemansan global," demikian pernyataan studi tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya