Liputan6.com, Moskow - "Halo! Ini New York yang berbicara," mengawali siaran radio untuk yang pertama kalinya dari kantor berita Amerika Serikat Voice of America (VOA) ke Uni Soviet, tepat hari ini 71 tahun yang lalu, di tengah babak awal Perang Dingin AS - Soviet.
Pada 1942, Voice of America didirikan oleh Amerika Serikat sebagai sebuah program radio yang dirancang untuk menjelaskan kebijakan Amerika Serikat dan meningkatkan semangat sekutu-sekutunya di seluruh Eropa, Asia, Timur Tengah, dan Afrika selama Perang Dunia II.
Usai perang, program VOA berlanjut menjadi bagian dari propaganda Amerika Serikat via media massa untuk kawasan Eropa Barat.
Advertisement
Baca Juga
Memasuki Februari 1947, VOA memulai siaran bahasa Rusia pertamanya di Uni Soviet. Demikian seperti dikutip dari History.com untuk Today in History Liputan6.com (17/2/2018).
Siaran awal menjelaskan bahwa VOA akan memberikan pendengar di Negeri Tirai Besi sebuah komposisi 'gambaran kehidupan di Negeri Paman Sam, berita, human interest, dan musik'.
Kala itu, VOA juga mengklaim bahwa siarannya ditujukan untuk memberikan pemirsa Rusia tentang 'kebenaran murni yang semurni-murninya' tentang kehidupan di luar Soviet.
Media itu juga berharap bahwa siaran mereka akan memperluas dan memperdalam pemahaman serta persahabatan antara orang Uni Soviet dan AS.
Berkat Musik Jazz
Umumnya, pada awal-awal siaran, program yang disajikan oleh VOA mendapat respons yang 'biasa saja' dari audiens di Soviet.
Sebagian besar hanya sekedar membahas ringkasan berita terkini, diskusi tentang bagaimana sistem anggaran dan politik AS bekerja, dan analisis meriah tentang 'zat kimia sintetis baru yang disebut pyribenzamine' -- obat asma dan repsirasi.
Musik yang disajikan pun bukan yang cocok di telinga khalayak banyak -- terkhusus orang-orang Soviet.
Ditambah lagi karena cuaca buruk, permasalahan teknis lain, kualitas suara siaran radio yang tak mumpuni, menjadikan VOA menerima rating 'biasa saja' dari masyarakat Negeri Tirai Besi, kata seorang pejabat AS di Moskow.
Namun, pada tahun-tahun berikutnya, kualitas siaran VOA -- baik dari segi teknis dan konten -- mengalami perbaikan.
Tak hanya itu, konten program musik yang disajikan VOA kepada audiens Soviet menjadi salah satu faktor kunci yang mendongkrak kepopularitasan media tersebut di kalangan masyarakat Negeri Tirai Bambu.
Pengamat AS telah menemukan bahwa selera orang Soviet untuk musik Negeri Paman Sam, terutama pada genre jazz, hampir tak pernah terpuaskan, mereka selalu menuntut lagi dan lagi.
Memang tak pernah pasti berapa banyak orang Soviet yang mendengar siaran VOA sepanjang periode Perang Dingin. Namun, laporan dari balik Tirai Besi mengindikasikan bahwa banyak program VOA, khususnya segmen musik, ditunggu dengan penuh semangat setiap malam oleh para masyarakat Soviet.
Pada tahun 1960an, VOA disiarkan ke setiap benua dalam beberapa bahasa.
Hari ini, VOA masih terus beroperasi, dengan tetap menyajikan konten program siarannya yang bertradisi "Life in America" ke seluruh dunia -- termasuk Indonesia.
Kini, dengan program "Radio Marti" VOA yang ditujukan untuk Kuba, media itu masih tetap melanjutkan tradisinya pada masa Perang Dunia II dan Perang Dingin; memengaruhi persepsi masyarakat negara tujuan siaran untuk lebih berpandangan positif terhadap Negeri Paman Sam.
Advertisement
Peristiwa Lain
Sejarah mencatat tanggal 17 Februari 1963 pada 52 tahun silam atau tahun 1963 sebagai hari lahir sang legenda di dunia bola basket, Michael Jordan. Di Brooklyn, New York, Amerika Serikat.
Pria bernama lengkap Michael Jeffrey Jordan ini merupakan pebasket profesional yang telah meraih enam cincin juara NBA. Seluruh gelar disabet bersama klubnya, Chicago Bulls.
Sosok pemilik tinggi badan 198 cm itu juga beberapa kali menggondol gelar sebagai pemain terbaik NBA.
Ia mulai berkarier di NBA pada 1984 dan bergabung dengan klub Chicago Bulls. Tujuh tahun membela Bulls, Jordan berhasil membawa klub berlogo banteng itu menjadi jawara NBA. Pada 1992, Jordan kembali membawa Bulls menjadi juara NBA. Tak hanya itu, dia pun memimpin tim impian Amerika Serikat menyabet medali emas pada Olimpiade Barcelona.
Pada tanggal yang sama tahun 2006, musibah tanah longsor terjadi di Leyte Selatan, Filipina. 1.126 orang dilaporkan tewas dalam insiden tersebut.
Saksikan juga video pilihan berikut ini: