Gempa Bumi 7,5 SR Hantam Papua Nugini, 15 Orang Meninggal

Gempa bumi berkekuatan 7,5 skala Richter menghantam Papua Nugini. Akibatnya, 15 orang meninggal, ratusan rumah rusak, dan tiga ladang tambang ditutup.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 28 Feb 2018, 11:00 WIB
Diterbitkan 28 Feb 2018, 11:00 WIB
Gempa Guncang Papua Nugini
Seorang pria melihat kondisi sebuah rumah yang roboh akibat gempa melanda Papua Nugini, Selasa (27/2).Gempa berkekuatan 7,5 SR yang mengguncang pada Senin pagi juga merusak infrastruktur pertambangan dan listrik. (Jerol Wepii via AP)

Liputan6.com, Mendi - Sebagian besar wilayah tengah Papua Nugini lumpuh akibat hantaman gempa bumi berkekuatan 7,5 skala Richter yang terjadi pada Senin, 26 Februari 2018, menjelang tengah malam.

Dilaporkan setidaknya 15 orang meninggal, dan ratusan rumah rusak dalam bencana gempa tersebut. Gempa susulan dikabarkan terjadi sebanyak tiga kali hingga Selasa, 27 Februari 2018.

Dilansir dari BBC, Rabu (28/2/2018), Gubernur Southern Highlands, William Powi, mengatakan kepada kantor berita Associated Press bahwa gempa bumi menyebabkan jalur komunikasi tersendat, sehingga menyulitkan proses evakuasi serta penyaluran bantuan.

Menurut Powi, dampak bencana gempa juga terasa hingga Kota Mendi, ibu kota Provinsi Southern Highlands. Di sana, empat orang dilaporkan tewas tertimpa reruntuhan bangunan pasca-gempa.

Selain itu, tiga orang lainnya dikabarkan tewas terseret tanah longsor di pinggiran Kota Mendi.

Lebih dari itu, gempa bumi juga menyebabkan delapan orang tewas dan puluhan luka serius di berbagai lokasi di wilayah tengah dan barat daya Papua Nugini.

Sementara itu, tiga tambang minyak dan gas bumi di sekitar lokasi kejadian terpaksa ditutup guna menghindari risiko kebocoran yang dapat memicu ledakan.

Infrastruktur Tambang Lumpuh

gempa papua nugini
Gempa Papua Nugini. (BMKG)

US Geological Survey mengatakan, puluhan gempa susulan masih mengguncang daerah tersebut, termasuk sebuah gempa berkekuatan 5,7 SR pada Selasa sore.

Rentetan gempa terkait dilaporkan merusak infrastruktur pertambangan milik ExxonMobil senilai US$ 19 miliar.

ExxonMobil mengatakan, jalur komunikasi dengan masyarakat masih terputus, sehingga menghambat upaya untuk mencatat kerusakan fasilitas.

"Komunikasi menjadi salah satu tantangan yang paling signifikan," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan lewat surat elektronik.

Mitra Exxon, Oil Search, mengatakan peninjauan ulang semua fasilitas dan infrastrukturnya akan memakan waktu setidaknya satu minggu.

Perusahaan pertambangan Barrick Gold Corp dan Ok Tedi Mining juga melaporkan beberapa kerusakan pada infrastrukturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya