Liputan6.com, Jakarta - Tsar Nicholas II yang memerintah Rusia sejak 1894, melepaskan takhta secara paksa tepat pada hari ini tahun 1917, setelah rakyat berunjuk rasa mengungkapkan ketidakpuasan atas pemerintahannya.
Dimahkotai pada 1894, Nicholas II, disebut-sebut sebagai pemimpin yang relatif lemah, tidak efektif, dan berusaha mengejar autokrasi. Sementara, rakyatnya mengharapkan perubahan.
Kekalahan dalam perang Rusia-Jepang (Februari 1094-September 1905) memperburuk ketidakpuasan di kalangan rakyat hingga menyebabkan pecahnya Revolusi Rusia 1905.
Advertisement
Peristiwa tersebut berujung pada Reformasi Konstitusional dengan ditandatanganinya manifesto yang menjanjikan reformasi, pendirian Duma Negara atau majelis legislatif, dan dasar kebebasan sipil di Rusia. Demikian seperti dikutip dari history.com.
Namun, Reformasi Konstitusional tersebut tak langgeng. Sebagian besar konsesi itu dicabut oleh Nicholas II.
Ia berulang kali membubarkan Duma saat lembaga itu menentangnya. Di lain sisi, dukungan luas mulai diberikan kepada kaum Bolshevik yang didirikan oleh Vladimir Lenin.
Pada 1914, kondisinya semakin parah setelah Nicholas II memimpin negaranya ke dalam 'perang mahal' lainnya, yakni Perang Dunia I.
Ketidakpuasan atas pemerintahan Nicholas II kian menjadi saat makanan langka. Kondisi tersebut bahkan berdampak pada keadaan pasukan di Front Timur, memperjelas kepemimpinan sang kaisar Rusia yang tidak kompeten.
Setelah pecahnya Revolusi Februari 1917, garnisun tentara di Petrograd atau yang lebih dikenal St. Petersburg kini, bergabung dengan para pekerja yang berdemo menuntut reformasi sosial.
Nicholas II yang telah mundur, bersama keluarganya ditahan di Istana Czarskoye Selo, lalu kemudian dibawa ke Istana Yekaterinburg di dekat Tobolsk. Mereka berada di sana selama terjadinya kebangkitan kaum Bolshevik dan keluarnya Rusia dari arena Perang Dunia I.
Akhirnya, keluarga Nicholas II yang terdiri dari dirinya, istrinya Alexandra Feodorovna, anak-anak mereka, yakni Alexei, Olga, Tatiana, Maria, dan Anastasia, dokter keluarga Evgeny Botkin, serta tiga staf rumah tangga, masing-masing Alexei Trupp, Anna Demidova, dan Ivan Kharitonov dieksekusi di sebuah ruang bawah tanah oleh kaum Bolshevik. Peristiwa ini terjadi pada 17 Juli 1918 -- sebagian lain menyebut 16 Juli 1918.
Peristiwa Lain
Peristiwa bersejarah lainnya yang terjadi pada 15 Maret, tepatnya tahun 1990 adalah dihukum matinya Farzad Bazoft. Ia merupakan seorang jurnalis lepas asal Iran yang menetap di Inggris pada pertengahan 1970-an.
Bazoft bekerja sebagai wartawan lepas bagi The Observer. Ia ditangkap oleh otoritas Irak sebelum akhirnya dieksekusi karena dituduh menjadi mata-mata bagi Israel selama bekerja di Negeri 1001 Malam.
Pada hari yang sama tahun 1981, di Peshawar, Pakistan, setelah 2 minggu dibajak oleh kelompok Al Zulfikar, penumpang dan kru Pakistan Airways berhasil dilepaskan. Hal itu dimungkinkan terjadi setelah pemerintah Pakistan memenuhi tuntutan kelompok itu, yaitu membebaskan sekitar 50-an tahanan politik.
Advertisement