Arab Saudi Bangun Pangkalan Militer dan Pembuangan Limbah Nuklir di Dekat Qatar?

Pembangunan pangkalan militer dan pembuangan limbah nuklir Arab Saudi ini dinilai akan memperdalam Krisis Teluk.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 10 Apr 2018, 11:33 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2018, 11:33 WIB
20160223-Militer-Arab-Saudi
Militer Arab Saudi (AFP PHOTO/ROMEO GACAD)

Liputan6.com, Riyadh - Arab Saudi berencana membangun pangkalan militer dan pembuangan limbah nuklir di perbatasan wilayahnya dengan Qatar. Laporan tersebut dimuat media Sabq dengan menyertakan kutipan sejumlah sumber.

Seperti Liputan6.com kutip dari Saudigazette.com, Selasa (10/4/2018), menurut sumber-sumber tersebut, pangkalan militer Arab Saudi akan berdiri di bagian yang memisahkan perbatasan Qatar dari Kanal Laut Salwa. Adapun Kanal Laut Salwa adalah sebuah proyek terpadu untuk menggali saluran laut di sepanjang perbatasan dengan Qatar.

Kanal Laut Salwa ini digarap oleh sebuah konsorsium yang terdiri dari sembilan perusahaan Arab Saudi. Kelak, zona kanal yang tersisa akan diubah menjadi situs pembuangan limbah nuklir yang berasal dari reaktor nuklir negara itu.

Perintah untuk meniadakan kantor Paspor dan Bea Cukai dari perbatasan Salwa dan Qatar telah dikeluarkan. Penjaga Perbatasan Arab Saudi dilaporkan akan mengambilalih kontrol atas wilayah tersebut.

Para ahli menjelaskan kepada Sabq, pembangunan pangkalan militer Arab Saudi di antara Kanal Laut Salwa dan perbatasan Qatar akan memberikan Riyadh bagian strategis dari Pulau Salwa.

Menurut para ahli pula, setelah proyek Kanal Laut Salwa, Qatar tidak akan menjadi sebuah "pulau yang independen", sama seperti Bahrain misalnya. Karena Doha akan berbagi Pulau Salwa dengan Riyadh melalui keberadaan pangkalan militer Arab Saudi.

Menurut informasi yang didapat Sabq, telah diputuskan bahwa proyek kanal laut tersebut akan dibiayai sepenuhnya oleh sektor swasta dan otoritas investasi Arab Saudi serta Uni Emirat Arab. Wilayah ini akan berada di bawah kedaulatan penuh Arab Saudi.

Bloomberg melansir bahwa Pusat Komunikasi Internasional belum merespons kabar ini. Namun, secara tidak langsung, konfirmasi disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab, Anwar Gargash.

Melalui Twitter, Gargash mentwit, "diamnya Qatar atas proyek kanal membuktikan ketakutan dan kebingunan mereka".

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Mempertajam Krisis Teluk?

20170605-Warga Qatar Borong Makanan Sebelum Perbatasan Arab Saudi Ditutup-AP
Sejumlah orang mengantre untuk membayar belanjaan mereka di sebuah supermarket di Doha, Senin (5/6). Warga Qatar ramai-ramai membeli bahan makanan dalam jumlah besar menyusul aksi pemutusan hubungan diplomatik dengan lima negara Arab. (@shalome05 via AP)

Pembangunan Kanal Laut Salwa yang diikuti dengan pendirian pangkalan militer dan pembuangan limbah nuklir dinilai akan memperdalam keretakan antara Qatar dan Arab Saudi Cs.

Ketegangan antara kedua belah pihak yang melahirkan "Krisis Teluk" terjadi setelah Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir memutus hubungan diplomatik dan perdagangan dengan Qatar pada Juni 2017.

Langkah tersebut diambil Arab Saudi Cs setelah mereka menuding Qatar mendukung terorisme. Pemutusan hubungan diplomatik dan perdagangan disusul dengan blokade wilayah darat, laut, dan udara terhadap Qatar.

Berbagai tudingan yang dilontarkan Arab Saudi, dibantah tegas oleh Qatar.

Menurut Sabq, pembangunan proyek bernilai US$ 750 juta tersebut sedang menunggu perizinan. Konstruksi sendiri diperkirakan akan selesai dalam 12 bulan setelah izin dikeluarkan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya