Donald Trump: Misil AS Siap Menyerang Rusia di Perang Suriah

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengancam akan menembakkan misil perusak, jika Rusia terbukti terlibat dalam serangan senjata kimia di Suriah.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 12 Apr 2018, 09:09 WIB
Diterbitkan 12 Apr 2018, 09:09 WIB
Donald Trump
Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat berbicara kepada para wali kota di East Room, di Gedung Putih, Washington, 24 Januari 2018. (AP)

Liputan6.com, Washington DC - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengunggah sebuah kicauan di Twitter, yang mengingatkan Rusia untuk bersiap menerima serangan misil.

Peringatan tersebut merupakan tanggapan negeri Paman Sam terhadap keterlibatan Rusia dalam perang di Suriah.

"Bersiaplah Rusia, karena mereka (misil) akan datang, sangat bagus, baru, dan 'pintar'!" kicau Trump di Twitter.

Dikutip dari BBC pada Kamis (12/4/2018), Donald Trump juga menggambarkan gelapnya hubungan AS dan Rusia saat ini. Meski hal tersebut, menurutnya, bisa dibicarakan dengan baik-baik.

Senada dengan kecaman Trump, Inggris dan Prancis menyatakan siap mendukung persiapan serangan militer terhadap Rusia.

Bersamaan dengan kicauan itu, AS mengecam keras kebijakan pemerintah Suriah dalam melakukan serangan kimia ke kota Douma, yang dikuasai pemberontak.

Di Twitter, Trump menyebut pemimpin Suriah tersebut sebagai 'binatang gas pembunuh', karena telah melakukan serangan yang tidak manusiawi pada akhir pekan lalu.

Namun di sisi lain, Preside Bashar al-Assad membantah tudingan Donald Trump itu, dan mengatakan serangan kimia berada di luar kendalinya.

Di Moskow, para pejabat senior Rusia menegaskan akan menghadapi setiap serangan AS dengan serius.

 

 

Simak video pilihan berikut: 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


AS Diduga akan Fokus Terhadap Isu Perang di Suriah

Serangan Senjata Kimia Suriah
Korban serangan senjata kimia di Kota Douma, dekat Damaskus, Suriah, Minggu (8/4). Pemerintah Suriah membantah telah menggunakan senjata kimia. (Syrian Civil Defense White Helmets via AP)

Pada Selasa, 10 April 2018, Presiden Trump membatalkan rencana kunjungannya ke wilayah Amerika Latin. Hal itu, oleh beberapa pengamat, menandakan bahwa AS akan fokus terhadap isu perang di Suriah.

Menurut jurnalis senior BBC, Barbara Plett, keputusan tersebut kemungkinan pertanda, AS akan melibatkan operasi militer yang cukup besar di Suriah.

Namun, sebuah kicauan Trump di hari Rabu, 11 April 2018, justru menunjukkan bahwa pemerintahannya akan bersikap lebih hati-hati.

Menteri Pertahanan James Mattis mengatakan AS masih mempelajari serangan kimia tersebut. Ia juga menyebut bahwa militer AS siap untuk memberikan opsi militer, jika analisis mereka bersinergi dengan keputusan presiden.

Juru bicara Gedung Putih, Sarah Sanders, mengatakan bahwa keputusan akhir belum dibuat, dan semua tetap harus melalui pembahasan lebih lanjut. 

Di sisi lain, muncul laporan yang menyebut sebuah misil perusak milik Angkatan Laut AS telah bersiaga di perairan Laut Mediterania.

Laporan itu juga menyebut beberapa kapal perang Rusia telah meninggalkan pangkalan militernya di kota Tartus, Suriah.


Tanggapan Rusia terhadap Ancaman Serangan Misil AS

Keakraban Erdogan, Putin, Rouhani Saat Bahas Perdamaian Suriah
Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara dalam pertemuan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Iran Hassan Rouhani terkait perdamaian Suriah di Ankara, Turki, Rabu (4/4). (AFP PHOTO/ADEM ALTAN)

Sementara itu pada hari Rabu, Duta Besar Rusia untuk Lebanon, Alexander Zasypkin, mengingatkan bahwa Moskow tidak segan menembak jatuh serangan rudal yang membahayakan pasukannya.

Di waktu yang sama, juru bicara kementerian luar negeri Rusia, Maria Zakharova mempertanyakan intervensi Barat di perang Suriah, yang disebutnya sebagai tudingan tanpa bukti.

Hal senada juga disampaikan oleh Presiden Vladimir Putin, yang mengatakan bahwa (tindakan dengan) akal sehat akan menang, dan situasi kembali stabil.

"Rusia akan menjaga semua kewajiban internasionalnya secara penuh," tegas Putin.

Di Douma, para aktivis oposisi dan tim penyelamat mengatakan, pesawat pemerintah Suriah menjatuhkan bom-bom yang berisi bahan kimia beracun.

Gabungan Regu Medis Suriah-Amerika (Sams), yang beroperasi di Douma, mengatakan lebih dari 500 orang telah dirawat karena menunjukkan gejala paparan bahan kimia.

Pada hari Rabu, Organisasi Kesehatan Dunia PBB meminta akses untuk memverifikasi laporan dari para mitra medisnya. Diketahui sebanyak 70 orang meninggal dalam serangan itu, termasuk 43 yang diduga kuat terserang racun kimia.

Sekelompok tim dari Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW), akan segera terjun di Suriah pada pekan ini, untuk menyelidiki dugaan penggunaan senjata kimia berbahaya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya