Liputan6.com, Caracas - Menurut Jaksa Agung Venezuela, Tarek William Saab, pihak berwenang di Venezuela telah mengidentifikasi dalang dari upaya pembunuhan dengan pesawat tak berawak (drone) pada Presiden Nicolas Maduro.
Pernyataan pada Senin 6 Agustus itu merupakan hasil dari penyelidikan yang melibatkan empat jaksa pada loaksi serangan drone bermuatan bahan peledak, menyusul penangkapan dua orang yang dituding mengoperasikannya dari jarak jauh.
"Kami juga tahu tempat di mana mereka tinggal menjelang hari penyerangan. Kami telah mengidentifikasi orang-orang yang membuat bahan peledak dan menyiapkan senjata dan hubungan internasional mereka," kata Saab, sebagaimana dikutip dari CNN pada Selasa (7/8/2018).
Advertisement
Saab lebih lanjut mengatakan bahwa dugaan pembunuhan merupakan "pengkhianatan terhadap ibu pertiwi, upaya pembunuhan yang disengaja, terorisme, asosiasi untuk melakukan kejahatan dan pendanaan terorisme."
Meski begitu, sosok pasti di balik serangan drone terkait belum diumumkan secara resmi oleh pemerintah Venezuela.Â
Baca Juga
Pengumuman Saab itu muncul sehari setelah Menteri Dalam Negeri Néstor Reverol mengatakan, enam orang telah ditangkap sehubungan dengan serangan drone pada Sabtu 4 Agustus di ibu kota Caracas.
Para tersangka didakwa dengan "terorisme dan pembunuhan," ujar Reverol, dan salah satu dari mereka dikenai surat perintah penangkapan terbuka atas dugaan perannya dalam serangan Agustus 2017 di sebuah pangkalan militer di Valencia. Adapun beberapa lainnuya, disebut pernah ditangkap selama protes anti-pemerintah pada 2014, katanya.
Presiden Maduro selamat dari serangan itu, di mana drone yang dipersenjatai dengan bahan peledak terbang ke arahnya ketika berbicara di parade militer Venezuela. Setelahnya, ia menuding insiden tersebut dilakukan oleh pihak sayap kanan, yang didukung oleh Presiden Kolombia Juan Manuel Santos.
Kolombia menyebut klaim itu absurd dan mengatakan telah menjadi "kebiasaan bagi Maduro untuk menyalahkan Kolombia atas masalah apa pun di negaranya."
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Â
Menggunakan Dua Buah Drone
Serangan tersebut diketahui menggunakan dua buah drone DJI M600, masing-masing membawa satu kilogram peledak C-4, kata Reverol.
DJI, perusahaan China yang membuat pesawat tak berawak itu, mengatakan bahwa produknya "murni untuk tujuan damai" dan siap untuk membantu para penyelidik mengusut tuntas kasus terkait.
Salah satu drone terbang di atas panggung kepresidenan dengan tujuan untuk diledakkan oleh para penyerang, kata Reverol, tetapi pihak berwenang berhasil membuatnya kehilangan kendali, dan muatan eksplosifnya meledak di target yang meleset.
Drone kedua jatuh menabrak gedung apartemen, di mana kemudian meledak di lantai dasar, dan sempat membuat kepanikan warga sipil di sekitarnya.
Disebutkan pula bahwa otoritas keamanan sempat menemukan fakta bahwa pelaku sempat merampas kendaraan dan merampok lebih dari satu hotel, sebelum melakukan aksi serangan drone berisi bahan peledak.
Selain itu, juga ditemukan "bukti film" yang merekam aksi serangan tersebut dari awal hingga ke detik-detik penembakan di depan Presiden Maduro.
Dua saksi yang tinggal di gedung apartemen terdekat mengatakan mereka melihat sebuah drone melayang di atas jalan masuk pada Sabtu petang, dan kemudian mendengar bunyi ledakan.
Advertisement