Dianggap Mengancam Keamanan Kawasan, Donald Trump Ajukan Invasi ke Venezuela

Presiden Donald Trump diketahui sempat mengajukan ide untuk menginvansi Venezuela, karena dinilai mengancam stabilitas keamanan regional.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 05 Jul 2018, 10:22 WIB
Diterbitkan 05 Jul 2018, 10:22 WIB
Donald Trump
Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat berbicara kepada para wali kota di East Room, di Gedung Putih, Washington, 24 Januari 2018. (AP)

Liputan6.com, Washington DC - Dalam sebuah pertemuan di Oval Office pada Agustus tahun lalu, yang membahas pencabutan sanksi-sanksi terhadap Venezuela, Presiden Donald Trump berpaling kepada para pembantu utamanya dan mengajukan sebuah pertanyaan yang meresahkan.

"Dengan (kondisi) Venezuela yang bergejolak dan kemungkinan mengancam keamanan regional, mengapa Amerika Serikat tidak bisa begitu saja menginvasi negara yang bermasalah?" kata Trump.

Usulan tersebut mengejutkan orang-orang yang hadir pada pertemuan itu, termasuk Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson dan penasihat keamanan nasional HR McMaster, yang keduanya kini telah meninggalkan jabatan pemerintahan.

Dikutip dari Time.com, Kamis (5/7/2018), cuplikan percakapan mengejutkan itu bocor melalui salah seorang sumber anomin, yang mengaku dekat dengan pejabat senior di Gedung Putih.

Dalam bocoran percakapan berdurasi sekitar lima menit itu, McMaster dan para pejabat lainnya bergantian menjelaskan kepada Donald Trump bagaimana tindakan militer dapat menjadi bumerang, dan berisiko membuat kehilangan dukungan kuat di antara pemerintah Amerika Latin untuk menghukum Presiden Nicolas Maduro, karena membawa Venezuela berada dalam rezim kediktatoran.

Meskipun Presiden Trump tidak memberikan indikasi akan memerintahkan rencana militer, dia menunjuk pada apa yang dianggap sebagai kasus terakhir "diplomasi kapal perang yang sukses" di wilayah Amerika Latin, seperti invasi Panama dan Grenada pada 1980-an.

Beberapa waktu setelahnya, Presiden Trump membuat khawatir para sekutu dan musuhnya dengan mengatakan tentang "opsi militer" untuk menyingkirkan Maduro dari kekuasaan.

Pembahasan tentang pernyataan kontroversial tersebut awalnya hanya berhenti di lingkup kebijakan AS, karena publik menilai hal itu sebagai ide liar seorang bintang reality show yang kini menjabat sebagai "panglima tertinggi" Negeri Paman Sam.

Namun tak lama setelah itu, Donald Trump mengangkat isu terkait dalam perbincangan resmi dengan Presiden Kolombia Juan Manuel Santos. Di sisi lain, dua pejabat tinggi Kolombia yang berbicara dengan syarat anonimitas mengonfirmasikan laporan itu.

Kemudian pada bulan September, di sela-sela pertemuan Majelis Umum PBB, Presiden Trump mendiskusikan kembali ide tersebut. Dalam waktu yang lebih panjang, Trump menyinggung hal itu dalam jamuan makan malam pribadi dengan para pemimpin dari empat sekutu Amerika Latin.

Pejabat AS mengatakan Trump secara khusus diberi tahu untuk tidak mengangkat isu terkait. Namun hal pertama yang dikatakan presiden saat makan malam adalah, "Staf saya mengatakan kepada saya untuk tidak mengatakan ini."

Trump kemudian berkeliling menanyakan pendapat tentang "solusi militer" itu kepada para pemimpin sekutu Amerika Latin.

Untuk menghindari hal lebih buruk terjadi, McMaster pun membimbing Presiden Trump keluar dari pembahasan invasi yang sangat berisiko.

 

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

Pertimbangkan Semua Opsi Sanksi

Presiden Nicola Maduro di hadapan rakyat Venezuela - AFP
Presiden Nicola Maduro di hadapan rakyat Venezuela - AFP

Sementara itu, Gedung Putih menolak berkomentar tentang percakapan pribadi di atas.

Namun, juru bicara Dewan Keamanan Nasional menegaskan kembali bahwa AS akan mempertimbangkan semua opsi yang ada untuk bantu memulihkan demokrasi Venezuela, dan membawa stabilitas di negara tersebut.

Di bawah kepemimpinan Donald Trump, Amerika Serikat bersama Kanada dan Uni Eropa telah mengenakan sanksi terhadap puluhan pejabat tinggi Venezuela, termasuk Presiden Maduro sendiri, atas tuduhan korupsi, perdagangan narkoba dan pelanggaran hak asasi manusia.

AS juga telah mendistribusikan lebih dari US$ 30 juta (setara Rp 450 miliar) untuk membantu Venezuela menyerap arus masuk lebih dari 1 juta migran, yang telah meninggalkan negara itu.

Di sisi lain, menurut Presiden Maduro, yang telah lama mengklaim bahwa AS memiliki rencana militer terhadap Venezuela dan cadangan minyaknya yang besar, ide yang dicetuskan oleh Trump akan membuat kehilangan popularitas dengan segera.

Dalam beberapa hari setelah pembicaraan Trump tentang opsi militer, Maduro turun bersama loyalisnya ke jalanan Caracas untuk mengutuk kejanggalan pendapat Trump, sekaligus memerintahkan latihan militer nasional dan mengancam penahanan lawan, yang menurutnya, tengah merencanakan penggulingannya dengan bantuan AS.

"Pikirkan urusan Anda sendiri dan selesaikan masalah Anda sendiri, Tuan Trump!" tegas Nicolas Maduro di majelis konstituante yang didukung pemerintah.

"Jika Venezuela diserang, senapan akan tiba di New York, Tuan Trump," lanjut Maduro. "Kami akan mengambil alih Gedung Putih."

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya