Liputan6.com, Canberra - Australia akan segera memiliki perdana menteri baru, menggantikan Malcolm Turnbull yang didesak mengundurkan diri, menyusul hujaman kritik tajam dari koalisi parlemen dan rival partainya.
Turnbull mengalami tekanan besar dari hasil jajak pendapat yang buruk, kompleksnya proses pemilihan, dan pemberontakan oleh anggota parlemen yang konservatif.
Dikutip dari BBC pda Jumat (24/8/2018), kandidat terkuat pengganti Turnbull adalah Scott Morrison, rekan sejawat di Partai Liberal, yang juga merupakan mantan bendahara nasional. Ia dikabarkan menang 45-50 dalam pemungutan suara dengan mantan Menteri Dalam Negeri Australia, Peter Dutton.
Advertisement
Morrison juga diketahui pernah menjabat sebagai direktur pelaksana pada lembaga Tourism Australia, yang memberikan portofolio penting dalam isu imigrasi dan layanan sosial di Negeri Kanguru.
Menteri Luar Negeri Julie Bishop juga turut mencalonkan diri seabagai kandidat perdana menteri, namun tidak berhasil mencapai babak final.
Ketiga kandidat maju ke dalam "perlombaan terbuka" itu ketika Turnbull kehilangan dukungan utama dari Partai Liberal yang menaunginya. Hal itu, secara efektif, membuat kepemimpinannya tidak dapat dipertahankan.
Setelah Morrison diketahui memiliki kans terbesar sebagai perdana menteri Australia yang baru, para kandidat lainnya, termasuk Turnbull, tidak menunjukkan reaksi apapun dan menolak berkomentar di hadapan wartawan.
Hanya Dutton yang terekam media, menghampiri Morrison dan mengucapkan selamat, lalu segera pergi setelahnya.
Â
* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Desakan Para Menteri Terhadap Malcolm Turnbull
Sementara itu, Mathias Cormann, yang juga menjabat menteri keuangan, secara terbuka menyatakan dukungannya untuk Turnbull pada hari Rabu. Namun, sehari setelahnya, ia justru beralih mendukung desakan mundur pada sang perdana menteri.
"Saya ingin terus mendukung Malcolm Turnbull selama bertahun-tahun yang akan datang sebagai pemimpin Partai Liberal. Tetapi saya tidak bisa mengabaikan kenyataan," kata Cormann kepada wartawan.
"Saat lima rekan di kabinet mengatakan kepada saya bahwa mereka mendukung Malcolm pada hari Selasa ... tetapi mereka kemudian berubah pikiran, itu bukan sesuatu yang saya bisa abaikan," tambahnya.
Dutton menginginkan pemungutan suara baru kembali dilakukan paling lambat akhir pekan ini, sebelum Parlemen Australia memasuki masa reses selama dua minggu. Ia beralasan, agar segera kisruh internal pemerintahan Australia segera diselesaikan.
Sementara, Partai Liberal yang berkuasa dikabarkan akan melakukan pertemuan tahunan pada 11 September 2018 mendatang, namun lokasinya belum jelas, antara di Sydney atau Melbourne.
Di lain pihak, lebih dari satu dekade terakhir, tidak ada perdana menteri Australia yang memiliki masa jabatan tiga tahun penuh, sejak John Howard kehilangan kursinya pada 2007 silam pasca-berkuasa selama 11 tahun.
Advertisement