Liputan6.com, Rio de Janeiro - Para pejabat di Brasil menyalahkan pemotongan dana operasional sebagai penyebab kebakaran besar yang melanda Museum Nasional di Rio de Janeiro. Salah satu koleksi antropologi dan sejarah alam terbesar di Amerika itu hampir hancur lebur dalam kebakaran pada Minggu 2 September 2018.
Dikutip dari BBC pada Selasa (4/9/2018), artefak yang rusak termasuk sisa-sisa mumi seorang wanita berusia 12.000 tahun, yang dikenal sebagai "Luzia", di mana juga merupakan mumi tertua yang pernah ditemukan di Amerika Latin.
"Kami tidak pernah mendapat dukungan yang memadai," kata Wakil Direktur Museum terkait, sesaat setelah kebakaran.
Advertisement
Sependapat dengan hal di atas, para ahli diketahui telah memperingatkan selama bertahun-tahun risiko kebakaran serius terhadap bangunan bersejarah itu.
Baca Juga
Di lain pihak, kandidat presiden Marina Silva turut mengkritik kurangnya investasi pada Museum Nasional.
"Mengingat kesulitan keuangan dari Universitas Federal Rio de Janeiro dan semua universitas publik lainnya dalam tiga tahun terakhir, ini adalah tragedi yang bisa diprediksi kemungkinannya," twit Silva, seorang politisi sayap kiri yang akan bersaing di pemilu presiden bulan depan.
Kebakaran dimulai pada Minggu malam, setelah bangunan yang merupakan bekas istana abad ke-19, tutup operasional hari itu.
Penyebabnya belum diketahui, tetapi Menteri Kebudayaan Brasil, Sergio Sa Leitao, mengatakan kepada media Negeri Samba, bahwa insiden itu kemungkinan disebabkan oleh lentera kertas yang terbang dan menabrak bagian atap gedung.
Sa Leitao mengatakan kebakaran itu adalah "tragedi yang bisa dihindari", tetapi upaya rekonstruksi segera dimulai pekan ini.
Sejauh ini belum ada laporan korban cedera, tetapi sebagian besar dari 20 juta koleksi artefak yang ada di museum terbakar habis.
Presiden Brasil Michel Temer mengatakan dalam sebuah twit, bahwa kebakaran tersebut merupakan "hari yang menyedihkan bagi semua warga Brasil karena hasil 200 tahun kerja, penelitian dan pengetahuan hilang".
Museum Nasional dikelola oleh Universitas Federal Rio de Janeiro dan pemerintah federal, yang telah berjuang tetap berdiri di tengah ketidakseimbangan anggaran dalam beberapa tahun terakhir.
Simak video pilihan berikut:
Kurang Mendapat Perhatian
Seorang Wakil Direktur di museum, Luiz Fernando Dias Duarte, menyatakan "kemarahan yang sangat besar", dan menuduh pihak berwenang Brasil "kurang perhatian".
"Kami bertempur sejak bertahun-tahun lalu, di berbagai pemerintahan, untuk mendapatkan sumber pendanaan, guna melestarikan segala hal yang akhirnya hancur hari ini," ujar Dias Duarte.
Sementara itu, demonstran berkumpul di gerbang museum pada Senin pagi, memprotes pemotongan anggaran yang mereka salahkan atas kebakaran itu. Polisi terlihat menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa.
Banyak pihak mengatakan inti masalah dari kebakaran itu kemungkinan karena kurangnya sistem sprinkler, atau pemadam otomatis, di dalam bangunan museum.
Menteri Dias Duarte mengatakan kepada Globo TV bahwa rencana modernisasi senilai US$ 5,3 juta (sekitar Rp 79 miliar) yang disepakati pada bulan Juni akan mencakup pemasangan peralatan pencegahan kebakaran modern, tetapi hanya baru bisa dilaksanakan setelah pemilu bulan Oktober.
Pameran dinosaurus besar, yang terpaksa ditutup setelah serangan rayap lima bulan lalu, baru-baru ini dibuka kembali hanya berkat kampanye crowdfunding.
Pustakawan Museum Edson Vargas da Silva mengatakan kepada media setempat bahwa bangunan itu memiliki lantai kayu dan berisi "banyak hal yang sangat mudah terbakar", seperti dokumen kertas.
Roberto Robadey, juru bicara pemadam kebakaran Rio, dikutip oleh kantor berita Associated Press mengatakan bahwa hidran yang terdekat dengan museum tidak berfungsi dan petugas pemadam harus mendapatkan air dari danau terdekat.
Advertisement