Liputan6.com, Rakhine - Satu tahun sudah tragedi kemanusiaan yang membuat eksodus pengungsi dari Rakhine State ke Bangladesh terjadi. Lebih dari 700 ribu orang kini masih tinggal di kamp-kamp pengungsi di Cox's Bazar.
Sejak eksodus pengungsi ke Bangladesh pada 25 Agustus 2017 lalu, Indonesia terus memberikan bantuan kemanusiaan.
Menurut catatan KBRI Dhaka, jumlah bantuan kemanusiaan Indonesia yang diberikan melalui Indonesian Humanitarian Alliance (IHA), gabungan dari 11 lembaga kemanusiaan yang diresmikan oleh Menteri Luar Negeri, telah mencapai sekitar Rp 18 miliar hingga September 2018.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari laman Kemlu.go.id, Selasa (11/9/2018), jumlah tersebut meliputi bantuan kemanusiaan dalam bentuk pembangunan shelter pengungsi, pengiriman tenaga medis, penyediaan klinik darurat, penyediaan mobile clinic dan ambulans, bantuan pangan dan pendidikan, dan fasilitas ibadah.
Angka tersebut juga di luar jumlah bantuan kemanusiaan yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia secara langsung ke Pemerintah Bangladesh berupa 74 ton bahan pangan, pakaian, dan obat-obatan dalam 8 kali pengiriman.
Angka tersebut juga di luar bantuan-bantuan kemanusiaan yang diberikan langsung oleh masyarakat Indonesia melalui LSM lainnya seperti ACT dan PKPU. ACT bahkan telah memberikan bantuan 1.000 integrated community shelter untuk pengungsi Rohingya di Rakhine.
Pasca satu tahun peringatan tragedi kemanusiaan di Rakhine State, bantuan kemanusiaan Indonesia masih terus mengalir, utamanya dalam bentuk bantuan pelayanan kesehatan. Indonesia merupakan salah satu negara yang merespons krisis dengan cepat.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Indonesia Bangun Rumah Sakit
Tiga bulan pasca eksodus besar-besaran warga etnis Rohingya ke Bangladesh, Indonesia membangun field hospital di kamp pengungsian Rohingya di Jamtoli, Cox's Bazar.
Setidaknya sebanyak 30,000 pengungsi telah mendapatkan pelayanan kesehatan dari field hospital Indonesia. Sejak pendiriannya pada bulan November 2017, pekerja kemanusiaan asal Indonesia secara langsung terlibat dalam pengoperasian pusat pelayanan kesehatan tersebut.
Sejak bulan Juli 2018, bantuan kesehatan Indonesia dikelola oleh partner lokal We The Dreamers untuk efektivitas pelayanan.
KBRI Dhaka secara khusus memantau seluruh bantuan kemanusiaan Indonesia untuk para pengungsi Rohingya. Secara berkala KBRI Dhaka melakukan monitoring langsung ke filed hospital, shelter, maupun warehouse bantuan kemanusiaan Indonesia di kamp-kamp pengungsi di wilayah Jamtoli, Cox's Bazar.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh UNICEF, dari sekitar 700 ribu jumlah pengungsi Rohingya, 350 ribu di antaranya adalah anak-anak. Bahkan setiap hari sekitar 60 bayi lahir di kamp-kamp pengungsi Rohingya. Bantuan kemanusiaan dari komunitas Internasional masih sangat dibutuhkan untuk membantu beban dan mengukir masa depan pengungsi Rohingya.
Advertisement