Presiden Baru Irak Barham Salih Mulai Membentuk Pemerintahan

Presiden Irak yang baru terpilih, Barham Salih, bergerak cepat untuk membentuk pemerintahan baru.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Okt 2018, 09:00 WIB
Diterbitkan 05 Okt 2018, 09:00 WIB
Presiden Irak yang baru terpilih, Barham Salih, melambaikan tangannya setelah upacara pelantikan di Baghdad, Irak, Rabu, 3 Oktober 2018 (AP PHOTO via VOA Indonesia)
Presiden Irak yang baru terpilih, Barham Salih, melambaikan tangannya setelah upacara pelantikan di Baghdad, Irak, Rabu, 3 Oktober 2018 (AP PHOTO via VOA Indonesia)... Selengkapnya

Liputan6.com, Baghdad - Kurang dari sehari setelah menjabat, presiden Irak yang baru terpilih, Barham Salih, bergerak cepat membentuk pemerintahan baru.

Setelah mengambil alih kekuasaan dari Presiden Fuad Masum yang berhenti pada Rabu 3 Oktober 2018, Salih bertemu dengan calon dari fraksi terbesar parlemen Irak untuk membentuk pemerintahan.

Salih menugaskan Abdul-Mahdi, yang diberi waktu 30 hari, untuk membentuk kabinet dan menyerahkannya ke parlemen untuk disetujui, demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Jumat (5/10/2018).

Menurut perjanjian tidak resmi sejak invasi pimpinan Amerika Serikat terhadap Irak tahun 2003, kursi presiden negara itu diduduki oleh seorang warga Kurdi, sementara jabatan perdana menteri dipegang oleh Syiah dan ketua parlemen berasal dari Sunni.

 

Simak video pilihan berikut:

Presiden Baru Irak

Tentara Irak Rayakan Kemenangan di Mosul
Sebuah drone mengibarkan bendera nasional Irak saat perayaan keberhasilan menyingkirkan militan ISIS dari Kota Tua Mosul, Minggu (9/7). Irak memulai pertempuran merebut Mosul pada Oktober lalu dengan dukungan dari koalisi pimpinan AS. (FADEL SENNA/AFP)... Selengkapnya

Sebelumnya, seperti dilaporkan Xinhua sebagaimana dikutip dari Antara, Parlemen Irak pada Selasa 2 Oktober menyatakan Barham Salih menjadi presiden baru Irak.

Salih terpilih setelah pergumulan politik yang berlarut-larut dalam pembentukan pemerintah untuk empat tahun ke depan. Ia mendapatkan 219 dukungan dari total 272 anggota parlemen yang mengikuti pemungutan suara putaran kedua.

Posisi Salih jauh meninggalkan saingannya, Fuad Hussein, yang hanya mendapatkan 22 suara.

Dalam putaran pertama pemilihan, tidak ada satu pun dari sekitar 20 kandidat presiden yang berhasil mengumpulkan dua pertiga jumlah dukungan dari total 329 anggota parlemen untuk dapat menduduki jabatan itu.

Namun, Barham Salih pada putaran pertama membukukan peroleh terbanyak, yaitu 165 suara, sementara Fuad Hussein berada di tempat kedua dengan mengumpulkan 89 dukungan dari sekitar 300 anggota parlemen yang mengikuti proses pemilihan.

Menurut undang-undang dasar Irak, presiden terpilih harus mengumpulkan dua pertiga suara dari 329 anggota parlemen. Jika parlemen gagal memunculkan dua pertiga suara mayoritas, dua kandidat dengan perolehan suara tertinggi akan dipertarungkan.

Calon mendapatkan suara terbanyak pada putaran kedua pemungutan suara harus dinyatakan sebagai presiden Irak.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya