14-10-1994: Kala Pemimpin Palestina dan PM Israel Berbagi Penghargaan Nobel

Penghargaan Nobel tahun 1994 agak sedikit berbeda, tiga orang sekaligus menerima award.

oleh Rasheed Gunawan diperbarui 14 Okt 2018, 06:00 WIB
Diterbitkan 14 Okt 2018, 06:00 WIB
Pemimpin Palestina Yasser Arafat (kiri) dan PM Israel Yitzhak Rabin (tengah) serta Menteri Luar Negeri Israel Shimon Peres (kanan).
Pemimpin Palestina Yasser Arafat (kiri) dan PM Israel Yitzhak Rabin (tengah) serta Menteri Luar Negeri Israel Shimon Peres (kanan) saat menerima Nobel. (AP)

Liputan6.com, Jakarta - Penghargaan Nobel diberikan setiap tahunnya kepada pihak yang dianggap berkontribusi bagi perdamaian dan kemajuan dunia. Biasanya award ini diberikan kepada satu orang atau satu pihak tertentu. Namun yang terjadi pada tahun 1994 agak sedikit berbeda.

Tepat pada 24 tahun lalu, 14 Oktober 1994, penghargaan Nobel diberikan kepada tiga orang sekaligus, yakni Pemimpin Palestina Yasser Arafat dan dua petinggi Israel, yakni Perdana Menteri Yitzhak Rabin dan Menteri Luar Negeri Shimon Peres.

Komite Nobel Perdamaian mengungkapkan bahwa penyematan penghargaan itu lantaran langkah pemimpin Palestina dan Israel tersebut yang menyepakati Perjanjian Oslo dalam rangka menuju perdamaian kedua negara.

"Arafat, Peres dan Rabin telah berkontribusi secara signifikan dengan adanya perjanjian perdamaian sebagai solusi peperangan dan tebar kebencian yang selama ini terjadi," demikian pernyataan Komite, seperti dimuat BBC on This Day.

Kendati demikian, hingga penetapan Nobel tersebut diputuskan, masih terjadi sejumlah konflik kecil antara kedua negara. Seperti kasus penculikan yang diduga dilakukan pasukan Palestina terhadap tentara Israel.

Israel menuding Hamas menahan Kopral Waxman. Menanggapi itu, Pemerintah Palestina langsung bertindak untuk menangkap oknum penculik dari pihaknya. Pada akhirnya sang kopral ditemukan sedang disandera di kawasan Tepi Barat.

Milisi Palestina meminta agar pemimpin mereka, Syekh Ahmed Yassin dan 200 pejuang Hamas lainnya dibebaskan. Jika tidak, mereka akan membunuh Waxman. Namun PM Israel Rabin menolak membebaskan dan memilih untuk menerjunkan tim penyelamat. Di mata Israel, Hamas adalah seorang penjahat. Begitu juga sebaliknya, di mata Palestina, Israel itu penjahat.

Sementara, sejumlah pengamat politik Timur Tengah mengaku terkejut atas terpilihnya Peres dan Rabin sebagai peraih penghargaan. Padahal, menurut mereka, keduanya adalah musuh bebuyutan, yang selalu bersaing di level pemerintahan Isarel.

Nobel perdamaian ini adalah yang kali kedua diberikan kepada tokoh di Timur Tengah. Sebelumnya Nobel ini pernah diberikan kepada Presiden Mesir Anwar Sadat dan PM Israel Menachem Begin pada tahun 1978. Kedua pemimpin negara itu berbagi penghargaan tersebut.

Sejarah lain mencatat pada tanggal yang sama, beberapa tokoh dunia meraih hadiah Nobel. 14 Oktober 1964, Martin Luther King mendapat penghargaan Nobel Perdamaian tahun itu karena telah berjasa dalam memperjuangkan kaum tertindas atau minoritas di Amerika serikat.

 

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya